Dark/Light Mode

Bermain Digital Tanpa Dibarengi Kemampuan Literasi, Rentan Termakan Hoaks

Jumat, 25 September 2020 17:19 WIB
Duta Baca Indonesia Najwa Shihab (Foto: Dok. Perpusnas)
Duta Baca Indonesia Najwa Shihab (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 mendorong semua lapisan masyarakat banyak interaksi dilakukan secara daring (virtual). Baik aktivitas pendidikan maupun rutinitas di tempat kerja. Tapi, tantangannya jika tidak menyaring informasi, di era digital ini banyak informasi yang tidak benar alias hoaks.

Karena itu, penting bagi seseorang untuk memiliki kemampuan literasi yang baik sehingga tidak mudah terhasut dengan informasi yang absurd. Selain itu, literasi digital juga harus dibarengi dengan kegemaran membaca hingga membantu masyarakat menciptakan barang dan jasa yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menjawab tantangan tersebut, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sudah sangat siap untuk memberikan pelayanan pengetahuan dengan maksimal. Sejumlah layanan digital siap memanjakan kebutuhan informasi pemustaka dan masyarakat.

“Perpustakaan Nasional mempunyai layanan Indonesia OneSearch (IOS), iPusnas, dan Khastara yang bisa dieksplorasi dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk menambah pemahaman dan kemampuan intelektual seseorang,” kata Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat membuka Webinar ‘Literasi Digital di Masa Pandemi’ bersama Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, Jumat (25/9).

Baca juga : Telin-BSSN Diskusikan Ancaman Siber Di Tengah Kemajuan Konektivitas Global

IOS adalah sebuah pintu pencarian tunggal untuk semua jenis koleksi publik dari perpustakaan, museum, dan arsip di seluruh Indonesia. Portal IOS menyediakan akses ke sumber elektronik internasional (e-resources) yang dilanggan Perpusnas bagi semua anggota IOS.

Selain IOS, Syarif Bando mengenalkan layanan digital lain, Khastara dan iPusnas. iPusnas lebih dari sekadar aplikasi pembaca buku digital biasa. iPusnas sudah memuat tidak kurang 1 juta buku baru. “iPusnas adalah surga bagi para pecinta buku digital,” pungkasnya.

Najwa Shihab mengingatkan, bermain digital tanpa dibarengi kecakapan digital (literasi digital) akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang rentan termakan hoaks.

Najwa mengingatkan untuk berhati-hati dan bijak dalam memanfaatkan digital untuk mencari informasi. Sebab, jika tidak dikontrol dengan ketat, selain bisa berdampak pada kelelahan pada mata, juga mengakibatkan konsentrasi tidak utuh karena teralu banyak muncul notifikasi (iklan) ketika membaca. “Informasi yang terserap menjadi tidak utuh,” jelasnya.

Baca juga : Pertengahan September 5,9 Juta UKM Terima Banpres

Saat ini, masyarakat Indonesia salah satu negara yang paling aktif di media sosial. Apalagi dalam urusan berkomentar di media sosial. Padahal, media sosial memiliki kerentanan cukup parah dalam penyajian informasi. Jika ini tidak disadari, menyebabkan manusia akan sulit berpikir kritis. “Inilah yang dialami bangsa Indonesia. Rendah dalam kemampuan berpikir kritis akibat lebih percaya pada internet,” jelas Najwa.

Berpikir kritis merupakan bagian dari literasi digital. Sayangnya belum bisa digunakan secara maksimal. Sedari pendidikan dasar, anak-anak lebih sering diajari kemampuan menghafal. Padahal, kemampuan menghafal hanyalah sedikit dari kemampuan otak yang bisa dioptimalkan. Literasi digital mengajarkan manusia sadar dengan data (data awareness), kemampuan menganalisa data sehingga mampu mencerna informasi yang masuk, dan kemampuan untuk fokus. “Literasi digital bukan sekadar cakap teknologi. Piawai bikin content tik-rok dan sebagainya."

Sementara itu, Pustakawan Utama Perpusnas Sri Sumekar mengatakan, saat ini perpustakaan sedang giat melakukan Gerakan Literasi Digital, mengajak peran serta aktif para perguruan tinggi. “Gerakan Literasi Digital sifatnya responsif. Dan sasaran utamanya adalah para milenial,” ujarnya.

Konteks literasi digital sudah menjadi bahasan internasional. International Federation Library Association (IFLA) menyarankan bahwa perpustakaan harus menjadi bagian dari pembangunan nasional berkelanjutan (sustainable development goals/SDG’s), yang salah satu targetnya pada 2020 adalah peningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas.

Baca juga : Bahrain Klaim Gagalkan Serangan Teroris Dukungan Iran

Di masa pandemi, seluruh fungsi perpustakaan dilakukan melalui digital, seperti penguatan koleksi digital, bantuan buku digital, dan pendirian pondok baca digital (Pocadi). “Pondok baca digitak sudah dimulai sejak 2019. Dan ditargetkan pada 2021 telah mencapai 160 titik,” pungkas Sri Sumekar. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.