Dark/Light Mode

Tumbuh 5 Persen

Ekonomi Jadi Lebih Baik, Pintunya Sudah Terbuka

Minggu, 21 April 2019 06:14 WIB
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Foto: Net)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah harus bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama lima tahun ke depan. Jika tidak, Indonesia rawan terjebak masuk sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Ekonom Institute for De­ velopment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yu­dhistira Adhinegara mengung­kapkan, selama enam tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mandek di kisaran 5 persen. “Jika dihitung sejak era refor­masi sampai sekarang, jika dia­kumulasi pertumbuhan ekonomi rata-­rata hanya 5,27 persen. Ke depan pertumbuhan harus bisa digenjot lebih tinggi. Jika tidak, dikhawatirkan kita masuk jeba­ kan negara berpendapatan me­ nengah,” papar Bhima baru­-baru ini kepada Rakyat Merdeka, saat ditanya mengenai tantangan pemerintah baru lima tahun ke depan.

Bhima mengungkapkan, pe­merintah memiliki beberapa momentum untuk mengerek kinerja perekonomian. Pertama, akan masuknya investasi pasca pemilu.

Menurutnya, proses pemilu yang berlangsung dengan damai akan mendorong investor yang selama ini wait and see untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Apalagi, stabilitas ekonomi belakangan ini cukup terjaga dengan baik.

Baca juga : Kerek Ekonomi Lombok, Kadin Bikin Desa Wisata

”Faktor ekternal saat ini juga cukup mendukung. Pertum­buhan ekonomi China yang sebelumnya diproyeksi rendah malah menunjukan kenaikan. Hal ini tentu akan mendorong investasi asing ke dalam negeri,” ungkap Bhima.

Kedua, momentum pergantian kabinet. Kabinet baru selalu memberikan harapan baru. Jika menteri baru terpilih memiliki kapasitas untuk mengatasi ber­bagai tantangan ekonomi pasti akan mendapatkan respons positif. Bisa menggairahkan perekonomian. Jika tidak tentu akan sebaliknya.

Dan, ketiga momentum penetapan arah kebijakan ekono­ mi lima tahun ke depan. Menurut Bhima, dengan berubahnya susunan kabinet biasanya akan diikuti perbaikan dan penyusu­nan program baru lima tahun ke depan.

“Saya lihat dari dari para pelaku usaha inginkan 16 paket kebijakan ekonomi benar­-benar bisa direalisasikan. Momentum ini saya kira harus bisa diman­ faatkan untuk mengevaluasi 16 paket ekonomi. Pemerintah harus melihat mana paker kebijakan yang sudah jalan dan mana yang belum,” ungkap Bhima.

Baca juga : Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Rusia, Brasil & Turki

Selain momentum, Bhima menyebutkan beberapa masalah ekonomi penting yang perlu di­tangani segera untuk memompa kinerja perekonomian ke depan. Antara lain, masalah defisit neraca perdagangan. Hal itu dipicu karena ketergantungan industri terhadap bahan baku impor.

Selain itu, masalah daya saing. Peringkat kemudahan ber­bisnis Indonesia hanya berada di peringkat 73, kalah dari Viet­nam yang ada di posisi 69. Kemudian, masalah ketimpangan kesejahteraan.

Alokasi dana desa hingga Rp 70 triliun ternyata masih berbanding terbalik dengan ketimpangan desa. Maret 2018, ketimpangan di desa tercatat berada di level 0.324, naik dari posisi September 2016 di level 0.316. Meski demikian, angka ketimpangan desa akhirnya menurun pada September 2018 yakni 0.319.

Butuh Anggaran Besar

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Jakarta, BI: Kuncinya Stabilitas Harga

Direktur Riset Center of Re­form on Economy (Core) Piter Abdullah menyoroti masalah penerimaan negara yang kurang bergairah. Kenaikannya tidak signifikan.

Menurutnya, pene­rimaan negara tidak optimal menjadi kendala pemerintah dalam melakukan pembiayaan untuk menjalankan program­ programnya. Untuk mendapatkan pem­biayaan paling cepat untuk pem­biayaan pembangunan dengan berutang. “Tapi masalah utang kini tengah menjadi hal yang sensitif di masyarakat,” ungkap Piter.

Piter mendorong pemerintah untuk terus melakukan sosiali­ sasi masalah penggunaan utang. Pemerintah harus bisa menun­jukan bahwa pengelolaan utang dilakukan dengan hati­-hati dan digunakan untuk hal­-hal prioritas saja. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.