Dark/Light Mode

Tumbuh 5,1 Persen, Ekonomi Bagus?

MUHAMMAD SAID DIDU : Tak Ada Yang Istimewa, Itu Basisnya Masih SDA

Sabtu, 16 Februari 2019 19:25 WIB
Tumbuh 5,1 Persen, Ekonomi Bagus? MUHAMMAD SAID DIDU : Tak Ada Yang Istimewa, Itu Basisnya Masih SDA

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2018 tercatat 5,17 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan periode 2017 sebesar 5,07 persen. Namun lebih rendah dari target awal 5,2 persen.

Istana mengklaim, pemerintah berhasil melalui ‘ombak’ tinggi ekonomi, sekaligus berhasil menurunkan tiga masalah ekonomi yang mematikan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan. Pencapaian ini, klaimnya tidak pernah diperoleh sepanjang satu dekade sebelum tahun 2015.

Baca juga : ARIF BUDIMANTA : Ini Capaian Tertinggi Pemerintahan Jokowi

Secara umum jika dibandingkan antar-negara, pertumbuhan ekonomi Indonesia diklaim pemerintah relatif lebih bagus. Menurut data Bank Indonesia (2019), di kawasan Asean, ekonomi Malaysia, misalnya, hanya tumbuh 4,4 persen pada triwulan IV-2018, di mana pada 2015 tumbuh 5,1 persen.

Tren pertumbuhan ekonomi Indonesia justru naik, dari 4,88 persen pada 2015 menjadi 5,17 persen pada 2018. Sementara di Asia pertumbuhan China turun dari 6,9 persen (2015) menjadi 6,5 persen (2018: kuartal IV), Korea Selatan turun dari 2,8 persen (2015) menjadi 2 persen (2018: kuartal IV), India turun dari 7,4 persen (2015) menjadi 6,7 persen (2018).

Baca juga : FAJAR SAKA : Kumpulkan Informasi, Kami Sudah Klarifikasi

Dari sekian banyak prestasi bidang ekonomi itu terasa aneh bagi banyak kalangan. Pasalnya sederet pertumbuhan ekonomi itu tak secara langsung dirasakan masyarakat. Sebaliknya masyarakat justru merasa perekonomian kita lesu.

Banyak pengamat ekonomi melihat angka-angka pertumbuhan yang tersaji merupakan hasil sulapan statistik.Bagaimana kubu pemerintah menanggapi penilaian itu? Dan seperti apa pengamat ekonomi melihat angka-angka statistik itu? Berikut pernyataan Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta, serta pengamat ekonomi yang juga mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu.

Baca juga : DAHNIL ANZAR SIMANJUNTAK : Dibandingkan Ustadz Slamet, Mereka Itu Lebih Vulgar

Beberapa waktu lalu BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2018 hanya 5,17 persen, lebih rendah dari target 5,2 persen. Tanggapan Anda?
Pertama, pertumbuhan 5 persen bagi Indonesia itu tidak istimewa sama sekali. Karena kita bisa mengkroscek pertumbuhannya itu karena bersumber dari dua; sumber daya alam dan konsumsi publik. Jadi bukan berbasis pada nilai tambah atau industri.

Ya, pemerintah apapun dan siapapun begitu tumbuhnya. Kemudian konsumsi itu kan perut orang, jadi istilah saya pertumbuhan 5 persen adalah pertumbuhan yang tidak ada campur tangan kebijakan apapun.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.