Dark/Light Mode

Pandemi Corona Pukul UMKM

Duh, 605.702 Usaha Kecil Turun Kelas Ke Level Mikro

Jumat, 9 Juli 2021 21:00 WIB
Regional Growth Expansion Senior Lead Tokopedia Ivander Wijaya hadir dalam diskusi Alinea Forum bertajuk ‘Kebangkitan UMKM Penyelamat Ekonomi’ secara virtual, Kamis (8/7/2021). (Foto: Istimewa)
Regional Growth Expansion Senior Lead Tokopedia Ivander Wijaya hadir dalam diskusi Alinea Forum bertajuk ‘Kebangkitan UMKM Penyelamat Ekonomi’ secara virtual, Kamis (8/7/2021). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 memukul Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) nasional. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencatat sebanyak 15.974 unit menengah (26,32 persen) dari 60.702 unit usaha menengah turun kelas ke level kecil. Dan, sebanyak 605.147 unit (75,23 persen) dari 783.132 unit usaha kecil bergeser ke level mikro.

Hal tersebut, menurut Kepala Bidang Kemitraan, Deputi UKM, Kemenkop UKM Renaldy Purnomo, terjadi ada sejumlah masalah yang tak bisa diatasi UMKM pada era pandemi. Antara lain, masalah terhambatnya proses produksi dan pasokan, akibat pembatasan sosial dan fisik. Apalagi, penguasaan teknologi digital sebagai cara efektif untuk promosi dan transaksi penjualan di masa pandemi, masih rendah.

Baca juga : Fadjroel Turun Kelas

“Kemenkop UKM mencatat, 94 persen UKM tidak menggunakan komputer dalam menjalankan usaha karena literasi digital masih rendah. Padahal, digitalisasi UMKM dapat menjadi peluang untuk tumbuh di masa pandemi yang membatasi pertemuan fisik,” kata Renaldy dalam Alinea Forum bertajuk ‘Kebangkitan UMKM Penyelamat Ekonomi’, Kamis (8/7).

Karena itu, lanjut Renaldy, Pemerintah bertekad terus mendorong digitalisasi UMKM sebagai salah satu agenda prioritas kementerian. Di antaranya melalui peningkatan kapasitas SDM, menaikkan proses bisnis, dan perluasan akses pasar.

Baca juga : Sandi Dorong Pelaku Usaha Parekraf Terapkan K4

“Empat pilar yang menjadi fondasi terobosan adalah koperasi modern, usaha mikro dari sektor informal ke formal, UKM masuk ke rantai pasok, dan transformasi wirausaha produktif,” ungkapnya.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, berharap Pemerintah bisa mengoptimalkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN untuk membuat UMKM bisa bertahan. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), menurutnya, sebanyak 69 persen, masalah UMKM di tengah pandemi yakni permodalan.

Baca juga : Bamsoet Dorong Pelaku UMKM Padukan Konsep Usaha Dan Pariwisata

Permasalahan kedua, lanjut dia, berdasarkan data dari Bank Indonesia, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sektor mikro tercatat naik signifikan.

“Bantuan PEN untuk subsidi bunga sangat kurang cepat. Ini berbahaya. Selamatkan dulu UMKM kita, berikan bantuan sehingga NPL turun. Itu yang harus kita lakukan dalam konteks menyelamatkan bangsa,” jelasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.