Dark/Light Mode

Makin Bergairah, Pasar Modal Diproyeksi Tembus Level 7.000

Jumat, 29 Oktober 2021 19:59 WIB
diskusi InfobankTalkNews Media Discussion bertajuk Outlook Pasar Modal 2022: Momentum Pemulihan Ekonomi dan Imbas Tapering The Fed, Jumat (29/10). (Foto: ist)
diskusi InfobankTalkNews Media Discussion bertajuk Outlook Pasar Modal 2022: Momentum Pemulihan Ekonomi dan Imbas Tapering The Fed, Jumat (29/10). (Foto: ist)

 Sebelumnya 
BEI mencatat jumlah dana pasar modal yang dihimpun di 2021 juga melonjak cukup tajam jika dibandingkan 2020. Jika tahun lalu dana yang dihimpun mencapai Rp5 triliun, saat ini dana yang terkumpul dari penawaran saham perdana sudah menembus lebih dari Rp 30 triliun.

"Ini tidak lepas dari aksi korporasi perusahaan besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan IPO perusahaan teknologi seperti Bukalapak," ujarnya.

Hingga September 2021, jumlah investor di pasar modal Indonesia juga bertambah sebanyak 6,4 juta. Angka ini meningkat 65,74 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca juga : 2 Tahun Berdiri, Partai Gelora Bidik Kemenangan Di Tangsel

Direktur Equtor Swarna Investama Hans Kwee menambahkan, dampak tapering mungkin tidak akan terlalu besar menggangu pasar saham di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya The Fed sudah sangat transparan, kebijakan ini sudah diantisipasi pelaku pasar dan pembuat kebijakan cukup lama, kondisi ekonomi makro Indonesia lebih baik ketimbang tahun 2013 silam.

Namun, lanjut Hans Kwee, yang justru seharusnya diperhatikan adalah peluang The Fed menaikkan suku bunga jauh lebih cepat dari pada negara-negara maju yang lain.

Karena, sembilan dari 18 pejabat The Fed siap untuk menaikkan suku bunga tahun depan sebagai respons atas kenaikan inflasi yang diperkirakan mencapai 4,2 persen tahun ini, lebih dari dua kali lipat dari target yang ditetapkan 2 persen.

Baca juga : RI Bergerak Pulih, Poros Muda Indonesia Puji Jokowi

“Bila terjadi kenaikan suku bunga di tahun depan, diperkirakan akan memberikan dampak yang lebih besar dan lama terhadap pasar keuangan negara berkembang,” imbuhnya.

Senada, Ekonom Ryan Kiryanto menilai, sejauh ini kepercayaan investor asing kepada pemerintah Indonesia masih terjaga dengan baik meski belakangan ini tengah hangat isu mengenai tapering off yang akan dilakukan The Fed pada November 2021.

“Nggak usah khawatir dengan investor SBN (surat berharga negara) atau SUN (surat utang negara) kita, karena paling tidak trust dari foreign investor atau investor asing terhadap pemerintah Indonesia itu masih di jaga dengan baik. Ini dilihat dari porsi kepemilikan surat utang oleh investor asing,” katanya.

Baca juga : Maria Guardiola, Pacarnya Kencani Model Seksi

Sebagai informasi, per 7 Oktober 2021, porsi kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 956 triliun atau 21,45 persen dari total Rp 4.457,5 triliun yang diperdagangkan.

Terkait tapering off, ia optimis Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Menteri Keuangan dapat menghandle kemungkinan-kemungkinan terburuk yang ditimbulkan jika tapering off dan kenaikan suku bunga The Fed itu dilakukan.

"Artinya, rencana-rencana ini sudah price in in the market, sudah di factor in di pasar oleh pemain kita. Sehingga tidak akan terjadi kejutan yang akan extra ordinary seperti yang terjadi di 2013 lalu,” pungkasnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.