Dark/Light Mode

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman

Dua Tahun Lagi, Indonesia Bisa Swasembada Beras

Senin, 20 November 2023 05:40 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Foto: Khairizal Anwar/RAKYAT MERDEKA
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Foto: Khairizal Anwar/RAKYAT MERDEKA

 Sebelumnya 
Mengapa Anda loyal kepada Presiden Jokowi?

Beliau ini (Presiden) terlalu baik. Sang­at baik kepada petani-petani Indonesia. Kapanpun diminta kebutuhan petani, khususnya pupuk, beliau langsung memerintahkan dan selesai. Termasuk saat ini, dikeluarkan insentif yang nilainya cukup besar Rp 5,8 triliun, karena ada El-Nino. Itu untuk bantuan bibit, benih, alat mesin pertanian dan pupuk.

Seberapa mengerikan ancaman krisis pangan itu?

Pangan adalah hal yang sangat strategis. Ketahanan pangan menyangkut ketahanan negara. Saat terjadi krisis ekonomi, sektor pertanian biasanya survive atau surplus karena banyak petani yang justru melakukan ekspor. Contohnya petani cokelat. Saat krisis, petaninya malah sejahtera.

Kondisi sekarang, dunia dibayangi krisis energi, krisis pangan. Ada 10 negara atau sekitar 735 juta penduduk dilanda kelaparan. Ini serius, se­hingga penanganan pangan tidak boleh main-main. Tugas dari Presiden adalah meningkatkan produksi pangan, menekan impor. Dan menjaga harga beras stabil di tingkat konsumen.

Bagaimana caranya menurunkan harga beras yang saat ini masih mahal?

Baca juga : HNW Usul Tenaga Musiman Haji Mahasiswa Indonesia Diperbanyak

Solusi permanen untuk menekan harga adalah (meningkatkan) produksi. Kita tingkatkan produksi beras, maka Insya Allah harga akan turun. Rumusnya, produksi naik harga pasti turun. Sebelas hari ini terakhir, saya mengunjungi empat provinsi. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan sebentar lagi ke Kalimantan Selatan. Kami mengecek ke daerah-daerah lumbung (padi) kita. Saya keliling, di mana ada air, ada irigasi, untuk memastikan percepatan tanam.  Di pertanian, istilahnya tanam culik. Artinya selesai panen langsung tanam lagi.

Selain itu, saya memanfaatkan rawa. Ada 10 juta hektar rawa yang bisa diolah jadi lahan pertanian. Jika ditambah 7,4 juta hektar lahan pertanian yang sudah ada, maka saya jamin 100 persen, produksi bisa naik dua kali lipat. Kita bisa menghidupi 200-300 juta, bahkan 1 miliar penduduk Indonesia. Asalkan, dipersiapkan dengan baik sejak sekarang. Bahkan, dengan 10 juta area rawa yang jadi lahan pertanian, kita bisa ikut memberi pangan untuk dunia. Diekspor. Ini yang sudah dan sedang dikerjakan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Tinggal dilanjutkan.

Lahan di Kalimantan Selatan, dulunya kalau hujan kebanjiran dan harus pakai perahu. Kalau kemarau kebakaran. Sekarang sudah disulap jadi lahan pertanian terintegrasi.

Di Sumatera Selatan, produktivitas lahan pertaniannya tinggi. Mungkin bukan hanya pertama di Indonesia, tapi juga pertama di dunia. Selain produksi padi, di pinggir-pinggir lahan itu ditanami sayuran, dan bisa memelihara ikan, bebek. Satu area lahan bisa produksi lengkap. Karbohidrat, protein dan sayuran sekaligus. Empat tahun lalu, ada 42 negara datang dan menyaksikan ke sana. Potensi lahan di Sumsel sekitar 400 ribu hektar. Dengan masa tanam 2-3 kali setahun. Total ada 10 provinsi bisa digarap dan dioptimalkan seperti itu.

Bagaimana tanggapan masyarakat di sana?

Wah sangat menarik. Masyarakat senang sekali. Kepala desa, di mana tempat dilaksanakannya program itu, kini sudah jadi bupati. Masyarakat sangat mengapresiasi keberhasilannya. Sekarang, program ini tinggal ditiru dan dibagikan ke daerah lain. Konsepnya sangat sederhana. Ibaratnya, semudah membalikkan telapak tangan. Koordinasi dengan pemerintah daerah juga bagus.

Baca juga : Pupuk Indonesia Dan Kementan Permudah Beli Pupuk Subsidi

Beberapa hari lalu, saya kembali ke sana, disambut luar biasa. Coba lihat ini, indah sekali. (Amran menunjukkan beberapa foto, lahan pertanian yang digarap di Sumatera Selatan. Foto dari drone. Ada bagian lahan yang hijau seperti hamparan karpet, ada yang warna kuning, tanda padi siap dipanen. Dan sebagian lagi warna cokelat, sedang persiapan tanam).

Indah sekali negeri ini. Kalau rawa 10 juta hektar bisa ditanami pangan semua, maka selesailah semua persoalan. Tidak akan ada lagi cerita impar-impor. Saat dunia dicekam krisis pangan, kita justru akan jadi lumbung pangan dunia. Bisa menjamin kebutuh­an sendiri, sekaligus berbuat banyak untuk negara yang kelaparan.

Bagaimana kondisi kesiapan pang­an kita menghadapi ancaman krisis? Masih perlu impor banyak?

Selama tahun 2023, kita impor 3,5 juta ton beras. Ini harus ditekan, deng­an cara menggenjot produksi beras. Tahun 2018, kita bisa produksi 34 juta ton (kebutuhan beras nasional sebesar 35 jutaan per tahun). Tapi selama empat tahun terakhir terus turun, dan terendah pada 2023, produksinya hanya 30 juta ton. Tahun 2024, saya targetkan bisa mencapai 32 juta ton.

Sekarang ini masuk tahun politik. Kalau ada rencana impor beras, bia­sanya dikaitkan dengan logistik politik. Bagaimana tanggapan Anda?

Aku cuma mengerti soal menanam, dan berproduksi. Bukan mengimpor.

Baca juga : HNW: Tahun Politik, Seni Budaya Penting Tetap Semarak

Mengapa terjadi penurunan produksi beras selama 4 tahun terakhir?

Penyebab utamanya adalah pupuk. Saat ini ada 1,5 juta ton pupuk belum disalurkan. Padahal, banyak petani yang berteriak minta pupuk. Ada kartu tani, ada regulasi, tapi ada kebijakan yang menghambat. Padahal, harusnya regulasi dibuat Presiden untuk menyederhanakan dan memudahkan pelayanan. Karenanya, saya perintahkan, agar pekan ini dikeluarkan Permentan (Peraturan Menteri Pertanian). Petani, kini hanya menggunakan KTP saja sudah bisa mengambil pupuk.

Jika syarat pengambilan pupuk pakai Kartu Tani, maka ada sekitar 12-20 persen petani tidak bisa mengakses pupuk. Misalnya di Papua, daerah pegunungan dan perbatasan. Jangan bayangkan kota-kota di Indonesia seperti Jakarta yang sinyalnya bagus dan seterusnya. Di salah satu wilayah Sulawesi, saya temukan persoalan, petani tidak bisa akses pupuk, lalu masuklah mafia. Dia menebus pupuk lalu dijual secara komersial kepada petani. Masalah ini harus diselesaikan. Hal-hal seperti ini terus dicek. Di lapangan dan di belakang meja, bisa berbeda.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.