Dark/Light Mode

Nadiem Masuk Time 100 Next

Jokowi Tak Salah Pilih

Selasa, 19 November 2019 07:44 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. (Foto: IG@nadiemmakarim.real)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. (Foto: [email protected])

RM.id  Rakyat Merdeka - Keputusan Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, tidak salah. Belum sebulan menjabat, pamor Nadiem langsung melejit. Mantan bos Gojek tersebut kini masuk daftar “TIME 100 Next 2019”.

Nadiem menjadi satu-satunya tokoh Indonesia yang masuk daftar bergengsi rising stars ini. TIME menempatkan Nadiem dalam kategori leaders (pemimpin) bersama Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Shinjiro Koizumi; Presiden Kosta Rika, Carlos Alvarado Quesada; Senator muda Amerika Serikat, Josh Hawleyz; dan sejumlah pemimpin muda lain nya. Orang-orang ini dianggap sebagai pendatang baru dan masa depan.

Dilansir dari laman resmi Majalah yang berbasis di New York itu, Nadiem dideskripsikan sebagai pengusaha yang baru saja terpilih menjadi menteri di kabinet pemerintahan Jokowi. Sebelum jadi pembantu Presiden Jokowi, Nadiem adalah CEO Gojek, aplikasi layanan ojek online yang juga menyediakan sejumlah layanan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Baca juga : Ada Apa dengan Puan?

Brian Harding, Wakil Direktur Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), lembaga yang berbasis di Washington, menyebut, Nadiem sebagai pengusaha muda yang cerdas yang masuk dalam susunan kabinet Indonesia. Dia memprediksi, Nadiem akan mengambil banyak peran untuk memajukan generasi muda melalui sistem pendidikan. Nadiem juga dipercaya dapat membawa Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. “Makarim membawa anak muda, berjiwa wirausaha ke dalam kabinet,” tulis Brian, dalam ulasannya.

Amy Gunia, jurnalis TIME, juga mendeskripsikan Nadiem sebagai pebisnis yang akan membawa sentuhan anak muda dengan jiwa kewirau sahaannya yang cerdas. Selain itu, yang masuk dalam 100 tokoh TIME 100 Next, merupakan sosok yang gigih dalam menghadapi rintangan.

Pemimpin Redaksi dan CEO TIME, Edward Felsenthal, menceritakan saat pertama kali menerbitkan daftar TIME 100 orang-orang paling berpengaruh di dunia (TIME’s 100 Most Influential People) 15 tahun lalu. Saat itu, yang masuk kategori didominasi orang-orang yang naik melalui struktur kekuasaan tradisional, seperti kepala negara, CEO perusahaan publik, aktor dari film Blockbuster berbudget besar, dan pemimpin yayasan global.

Baca juga : Masuk Masjid Di Moskow Bisa Pake Sepatu?

TIME sadar, mengikuti perkembangan terkini, semakin banyak orang yang tidak memerlukan posisi itu untuk menarik perhatian internasional. Misalnya saja, seperti siswa-siswa di Parkland, Florida, AS, yang memobilisasi gerakan melawan kekerasan senjata pada 2018 dan aktivis lingkungan Greta Thunberg pada 2019.

Penyebab pergeseran tersebut bermacam-macam. Beberapa di antaranya karena bangkitnya media sosial, menurunnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga mapan, hingga perubahan biologis manusia. Artinya, TIME kini lebih luwes. Nama-nama baru berusia muda yang memiliki pengaruh besar meski tidak berafiliasi pada suatu perusahaan atau institusi tertentu, masuk dalam daftar. Makanya, tokoh-tokoh muda, termasuk Nadiem, masuk TIME 100 Next tahun ini. “Meskipun fokus ini cocok untuk kelompok yang lebih muda, kami sengaja tidak memiliki batasan usia,” tulis Felshental.

Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai, masuknya Nadiem dalam daftar TIME 100 Next ini menunjukkan kejelian Presiden Jokowi dalam memilih menteri. Jokowi tak memilih sembarangan orang. Dengan pengalamannya dari wali kota, gubernur, hingga presiden periode sebelumnya, Jokowi dengan mudah mengenali sosok berkualitas.

Baca juga : Nasdem Pastikan Paloh Tak Kapok Temui Oposisi

“Pak Jokowi tak salah pilih. Pengalamannya di birokrasi, memilih kepala dinas, menteri selama ini, mengajarkan beliau memilih orang yang tepat. Sudah tahu kalau Nadiem termasuk sosok yang berkualitas, kalibernya internasional,” kata Emrus, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia termasuk yang setuju Jokowi memilih Nadiem menjadi Mendikbud. Menurutnya, Mendikbud tak perlu bergelar profesor. Yang dibutuhkan untuk jabatan menteri adalah kemampuan manajerial dan leadhership. “Nadiem mampu merealisasikan idenya menjadi kenyataan. Gojek sekarang besar. Itu berkat kemampuan manajerial dan leadhership-nya,” tandasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.