Dark/Light Mode

Ketemu Trump Di Gedung Putih

Luhut Ikut Tak Pake Masker

Kamis, 19 November 2020 06:44 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) saat bertemu Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di Gedung Putih, AS, kemarin. (Foto: Istimewa)
Menko Kemaritiman dan Investasi, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) saat bertemu Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di Gedung Putih, AS, kemarin. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Habis bertemu Trump, Luhut juga menemui Mike Pence, di kantornya, kemarin. Pence menawarkan kerja sama joint production vaksin antara per usahaan AS dan Indonesia.

Luhut menyambut positif berbagai pertemuan tersebut. Dia berharap, kerja sama yang baik dengan AS bisa terus ditingkatkan di masa pemerintahan AS yang akan datang. “Apa pun hasil resmi Pemilu AS, pertemanan tetap perlu dijaga. Kita akan selalu menjadi kawan. Saya ju ga berharap, komunikasi yang baik seperti ini dengan Gedung Putih dapat juga terjalin setelah Januari 2021 nanti,” kata Luhut.

Baca juga : Selamat Datang Di Gedung Putih Joe Biden

Kenapa setelah Januari nanti? Karena di bulan itu, Trump lengser, selanjutnya biden dari Demokrat yang akan dilantik menjadi Presiden AS, empat tahun ke depan.

Apakah dampak pertemuan Luhut dengan Trump Cs itu bagi Indonesia? Pakar Hubungan Internasional dari Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja mengatakan, pertemuan itu sebagai upaya pemerintah mencari momen untuk menegaskan kembali komitmen AS. “Pak Luhut sedang mengunci komitmen AS sebelum ganti pemerintahan,” kata Dinna, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, semalam.

Baca juga : China Dukung RI Jadi Pusat Vaksin

Apakah pertemuan itu istimewa? Dinna menganggap, biasa saja. Pasalnya, Trump akan lengser Januari nanti. Sehingga, berbagai komitmen yang sudah disepakati di era Trump perlu ditindaklanjuti di era Biden.

Apakah nanti akan ada perubahan kebijakan di masa Biden? Dinna bilang, bisa saja. “Karena itu, Luhut harus mengupayakan untuk bertemu dengan Biden dan menindaklanjuti berbagai kesepakatan di era Trump,” ujarnya.

Baca juga : Trump Ndablek!

Penentuan Indonesia akan jadi mitra strategis AS atau tidak, ujar Dinna, akan sangat tergantung dari kegesitan dan kegigihan Indonesia mendekati AS untuk tetap berpegang pada prinsip bebas aktif, tetapi menyuarakan apa yang membuat kepentingan Indonesia aman. “Jadi sebelum Biden dilantik pada 20 Januari, para diplomat dan pejabat di Indonesia harus memastikan ada komunikasi intensif dan gesit untuk mengikat AS,” ungkapnya.

Berbeda, disampaikan pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Secara diplomasi, kata dia, Luhut tak bisa disalahkan. Karena Presiden AS masih Trump. Justru kalau bertemu Biden, Luhut yang disalahkan. Karena bagaimana pun kerja sama, koordinasi, komunikasi dan diplomasi dilakukan dengan otoritas berkuasa. “Saya rasa Biden sebagai negarawan akan mengerti,” kata Hendri, kemarin. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.