Dark/Light Mode

Ebola Jenis Baru Terlacak Di Kongo, Wabah Ke-14 Sejak 1976

Minggu, 24 April 2022 13:17 WIB
Petugas Palang Merah menggelar penyuluhan soal Ebola secara door to door di wilayah Beni, Kongo, Agustus 2019. (Foto: AFP/Getty Images via CNN International)
Petugas Palang Merah menggelar penyuluhan soal Ebola secara door to door di wilayah Beni, Kongo, Agustus 2019. (Foto: AFP/Getty Images via CNN International)

RM.id  Rakyat Merdeka - Otoritas Kesehatan di Republik Demokratik Kongo mengumumkan wabah Ebola jenis baru pada Jumat (22/4), setelah satu kasus terkonfirmasi di Mbandaka, wilayah baratdaya Provinsi Equateur.

Info ini disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, Sabtu (23/4).

Asal tahu saja, ini adalah wabah ketiga di provinsi tersebut sejak 2018, dan wabah ke-14 di Kongo sejak 1976.

"Penyakit ini telah dimulai sejak dua minggu lalu. Berita positifnya, otoritas kesehatan di Republik Demokratik Kongo memiliki lebih banyak pengalaman dibanding negara mana pun di dunia, dalam mengendalikan wabah Ebola dengan cepat," kata Direktur Regional WHO untuk Afrika Dr. Matshidiso Moeti, seperti dikutip CNN International.

Satu kasus terkonfirmasi itu melibatkan seorang pria berusia 31 tahun, yang mulai mengalami gejala pada tanggal 5 April.

Baca juga : PDGI Serahkan Donasi Huntara Ke Indonesia Care

Dia berobat di fasilitas kesehatan setempat, setelah sakit selama lebih dari seminggu di rumah.

"Pria itu dirawat intensif di pusat perawatan Ebola pada 21 April. Sayangnya, meninggal di hari yang sama," kata Moeti.

Petugas kesehatan yang telah mengenali gejala Ebola, kemudian menyerahkan sampel untuk pengujian. Saat ini, upaya untuk membendung wabah sudah berlangsung.

Vaksinasi rencananya akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.

"Banyak orang di Mbandaka sudah divaksinasi Ebola. Semestinya, vaksinasi tersebut membantu mengurangi dampak penyakit itu," kata Moeti.

Baca juga : Temui Dubes Selandia Baru, Airlangga Bahas Kerja Sama Ekonomi

Untuk mencegah penyebaran yang lebih luas, Kongo berencana memvaksin ulang semua warga yang telah divaksinasi selama wabah 2020.

Pasien Ebola yang meninggal itu, telah dikuburkan dengan selayaknya. Dengan modifikasi penguburan yang aman dan upacara pemakaman tradisional. Potensi menularnya penyakit melalui cairan menular, diminimalkan.

Siapa pun yang melakukan kontak dengan pasien sedang diidentifikasi dan akan dipantau. Fasilitas kesehatan tempat pasien menerima perawatan, juga telah didekontaminasi.

Wabah sebelumnya di Provinsi Equateur terjadi pada 2020, dengan 130 kasus. Meningkat cukup tajam dibanding tahun 2018, yang hanya mencatat 54 kasus.

"Ebola adalah penyakit parah, seringkali fatal yang mempengaruhi manusia dan primata lainnya," ucap Moeti.

Baca juga : Teri Di KPK, Kakap Di Kejagung

Tingkat kematian pasien Ebola dalam wabah sebelumnya, bervariasi antara 25 hingga 90 persen. 

Namun, pengobatan efektif yang saat ini telah tersedia diharapkan mampu menekan jumlah kasus. Jika menerima pengobatan tersebut sejak dini, peluang hidup pasien meningkat secara signifikan.

Kongo yang dinaungi hutan khatulistiwa, elah menjadi pusat krisis Ebola. Dalam periode 2018-2020, Ebola telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa warga di negara Afrika Tengah itu.

Sejak virus tersebut pertama kali terdeteksi di dekat Sungai Ebola, wilayah utara Kongo pada tahun 1976, negara yang kini dipimpin Presiden Felix Tshisekedi itu melaporkan jumlah kasus Ebola tertinggi dibamding negara mana pun di muka bumi. [HES]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.