Dark/Light Mode

Hitungan Sementara

Anak Diktator Marcos Bakal Jadi Presiden Filipina Ke-17, Unggul Jauh Dari Robredo

Senin, 9 Mei 2022 23:20 WIB
Bongbong Marcos atau Ferdinand Marcos Jr (Foto: AFP via The Straits Times)
Bongbong Marcos atau Ferdinand Marcos Jr (Foto: AFP via The Straits Times)

 Sebelumnya 
Di sisi lain, Robredo Jr adalah pewaris gerakan pro-demokrasi 1986 yang menggulingkan Marcos Sr.

Dia menolak narasi keluarga Marcos, yang menyebut tahun-tahun pemerintahan Marcos ditandai dengan perdamaian dan kemakmuran.

Pemberontakan 1986 disebutnya tak lebih dari sebuah kudeta, yang diatur minoritas kuat.

Robredo juga mengatakan, dia akan membatalkan banyak tindakan Duterte.

Mendorong perpecahan

Perbedaan politik ini telah mendorong perpecahan di antara keluarga dan teman.

Baca juga : Aliansi Santri: Beliau Teladani Semangat Jihad Santri Lawan Korupsi

Benjamin Esguerra (74) mengaku memilih Robredo, karena dibanding semua kandidat, dialah yang paling memiliki rekam jejak dan prestasi baik.

“Negara ini membutuhkan seseorang yang jujur. Punya integritas, moralitas, dan kapabilitas,” ujarnya.

Tapi, istrinya yang merupakan anggota berpengaruh Iglesia ni Cristo (Gereja Kristus), kemungkinan memilih Marcos Jr.

Sementara Vic Carpio (48),  yang memiliki armada kecil mobil ride-sharing, mengaku menemukan dirinya minoritas di lingkungannya.

"Tetangga saya semua memilih Leni. Tapi, saya memilih Marcos Jr, karena saya pikir dia tulus ingin membalikkan keadaan. Terlepas dari apa yang mereka katakan, tentang dia dan masa lalunya," beber Vic.

Sementara para lansia yang sudah sulit berjalan dan kelompok rentan lainnya, punya cara tersendiri untuk memilih.

Baca juga : Eks Bupati Pangandaran Dicecar Soal Pengumpulan Uang Dari Kontraktor

"Ini sulit, tetapi penting bagi saya untuk memilih," kata Augusto Fabello (64), seorang pensiunan.

Marcos Jr adalah kandidat pertama yang memberikan suara. Dia tiba di kantornya sekitar pukul 8 pagi, dan selesai dalam beberapa menit.

Sementara Robredo, muncul untuk memberikan suara, tepat sebelum tengah hari. Dia tertahan selama dua jam oleh antrean yang berliku, dan proses yang lambat di tempat pemungutan suara.

"Kami memiliki pengacara yang siaga. Kami harus melaporkan dan mendokumentasikan semua yang kami lihat di luar norma," kata Robredo kepada wartawan, ketika ditanya tentang penantian berjam-jam, mesin pemungutan suara yang rusak, dan surat suara yang meragukan.

Pemungutan suara dirusak oleh antrean di tempat pemungutan suara, yang rata-rata berlangsung 4-8 jam.

Mesin pemungutan suara terganggu oleh kemacetan kertas, surat suara yang tidak terbaca, dan masalah pencetakan.

Baca juga : Pilpres Filipina Kian Dekat, Bongbong Makin Moncer

Karena banyak yang masih belum masuk ke tempat pemungutan suara ketika hampir pukul 7 malam, kemarahan warga yang mengantre pun meledak. 

Mereka menuntut penjelasan, karena tiba-tiba hampir kehilangan haknya.

"Kami tidak ingin berbicara dengan Anda! Kami ingin seseorang yang dapat memberikan jawaban. Bukan alasan!" cetus seorang wanita, dalam video viral meneriaki seorang sukarelawan yang mencoba menenangkan sejumlah pemilih di kantor polisi di Quezon City, utara Manila.

Maebel Quiambao (38), seorang pegawai mal, telah mengantre sejak pukul 1 siang di kantor polisi lain di kota Makati, pusat keuangan negara itu. Tapi, masih belum mendapatkan haknya hingga pukul 7 malam.

"Suara saya akan sia-sia, jika saya pergi sekarang. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi," katanya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.