Dark/Light Mode

Amankan Pangan Dan Energi Di Tengah Perang Rusia Dan Ukraina

Dunia Berutang Budi Ke Jokowi

Senin, 4 Juli 2022 07:49 WIB
Presiden Jokowi bersama Presiden Rusia. (Foto: Twitter Setkab)
Presiden Jokowi bersama Presiden Rusia. (Foto: Twitter Setkab)

 Sebelumnya 
"Jarang sekali saya memberikan pujian. Untuk ini, saya memberikan respek," kata Didik, saat memberikan sambutan dalam diskusi bertajuk "Harapan dari Misi Perdamaian Jokowi", yang digelar secara online, tadi malam. 

Didik mengatakan, perang Rusia-Ukraina memang tak langsung berhenti setelah Jokowi datang. Ada juga negara yang mengritik dan menyepelekan. Australia misalnya, menyebut apa yang dilakukan Jokowi sebagai "diplomasi mie goreng" karena hanya ingin agar Ukraina bisa lagi mengekspor gandumnya. 

Menurut dia, berbagai kritik itu biarkan saja. Jangan dipikirkan. Yang jelas, apa yang dilakukan Jokowi dengan membawa Ibu Iriana ke Ukraina sudah menjadi perhatian dunia. Gimmicknya sudah kuat. Namun, esensinya juga harus kuat. "Jadi, kini menteri luar negeri, dan para diplomat yang ada di bawahnya harus memperkuat apa yang jadi misi Jokowi," sarannya. 

Baca juga : Ini Bukti, Jokowi Negosiator Dunia

Di tempat yang sama, Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD), Shiskha Prabawaningtyas turut memberikan apresiasi. Kata dia, posisi Indonesia menjadi penengah Rusia-Ukraina sangat kuat. Indonesia saat ini menjadi presidensi G20. Selain itu, Indonesia juga menjadi anggota dari Global Crisis Response Group (GCRG), bersama Jerman, Senegal, dan Brazil. 

Tim yang dibentuk PBB ini bertugas memastikan ketahanan pangan global. Ada dua tugas pokok tim ini yaitu stabilisasi harga pangan yang tengah meroket, dan membantu negara-negara miskin untuk mendapatkan akses terhadap pangan. "Jadi apa yang dilakukan Jokowi ini perlu diapresiasi," kata Shiskha. 

Soal mendamaikan Rusia-Ukraina, Shiskha bilang, memang tidak mudah. Sejarah konflik kedua negara ini panjang. Jadi, bukan kali ini saja Rusia melakukan serangan. Pada 2014 misalnya, Rusia sudah mencaplok semenanjung Krimea.  

Baca juga : PM Inggris Ajak Sekutu Jangan Boikot KTT G20

Paling tidak, apa yang dilakukan Jokowi dengan mendatangi Ukraina sudah bisa menurunkan tekanan negara barat terhadap Indonesia yang "nekat" mengundang Rusia dalam acara Forum G20. "Dalam jangka pendek, harapannya KTT G20 berjalan sukses sesuai harapan," ujarnya. 

Pembicara berikutnya, Direktur Eksekutif Insitute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam ikut memberikan sanjungan. Menurut dia, kehadiran Jokowi di Forum G7, lalu berkunjung ke Ukraina dan Rusia, adalah double track strategy. 

Di satu sisi, Jokowi mencoba menyelesaikan persoalan ini di kalangan elite, yaitu kelompok negara G7. Kelompok G7 ini sangat powerfull karena pemegang kekuatan 30 persen ekonomi dunia.  Sudah jadi rahasia umum, konflik Rusia-Ukraina bukan   semata-mata konflik dua negara.

Baca juga : Jokowi Layak Dapat Nobel

Ada kekuatan besar elite di balik konflik itu. Untuk misi pertama ini, Jokowi bisa dibilang sudah sukses. "Jokowi sudah melakukan komunikasi awal yang baik dengan menyukseskan di level elite," kata Khoirul. Indikasi keberhasilannya, tekanan negara barat kepada Indonesia yang begitu besar karena tetap mengundang Rusia ke forum G20, sudah mereda. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.