Dark/Light Mode

Catatan Perjalanan Ke Negeri Singa (Seri 2)

Enabling Village, Desa Inklusif Yang Memampukan Difabel

Selasa, 18 Juli 2023 08:00 WIB
Head Curriculum Development Enabling Academy, Faisal Mohammed Ali. (Foto: Marula Sardi/Rakyat Merdeka)
Head Curriculum Development Enabling Academy, Faisal Mohammed Ali. (Foto: Marula Sardi/Rakyat Merdeka)

 Sebelumnya 
Sarang-sarang itu terletak di ruang terbuka di atas kolam natural dengan tanaman air. Pada bagian ini, mayoritas material yang digunakan adalah kayu yang tahan berbagai kondisi cuaca.

Sebagai kampungnya disabilitas, tentunya sangat ramah untuk para pengguna kursi roda, kemudian papan penunjuk pun dibuat untuk mudah dipahami oleh para penyandang disabilitas. Ada juga fasilitas gym yang bisa digunakan oleh para pengunjung.

Baca juga : Sowan Ke Nas Daily Singapura

Fasilitas ini dirancang oleh WOHA Architects Singapura. Dalam situs woha.net, dijelaskan desain bangunan merupakan wujud peremajaan bangunan di pusat kota dengan mengadaptasi konsep inklusif. Sebelumnya, bangunan yang berada di Redhill ini sepenuhnya tertutup pagar dan tidak berkontribusi terhadap lingkungan.

Kemudian, bangunan diubah untuk jadikan sebagai pusat komunitas baru, sekaligus taman yang menghubungkan penyandang disabilitas dan semua kalangan.

Baca juga : Catat Yuk! Mulai 3 Juni, Perjalanan Kereta Panoramic Dilakukan Tiap Hari

Desain menghilangkan semua penghalang fisik, memperluas hubungan dan menciptakan berbagai ruang bersama, taman dan fasilitas, menghirup kehidupan di antara dan di dalam bangunan.

Papan kayu dan motif sederhana yang kuat diadopsi sebagai sistem kit-of-parts untuk menyatukan permukaan dan ruang yang baru dan yang sudah ada. Sifat Enabling yang mudah diakses menciptakan lingkungan yang inklusif, mengintegrasikan penyandang disabilitas secara setara di masyarakat.

Baca juga : Rumah Inovasi & Teknologi Iran

Faizal menjelaskan, para penyandang yang ‘dibina’ di fasilitas ini adalah tuli, buta, tidak punya tangan atau kaki, down syndrome dan autis. Namun, juga menyediakan tempat terapi bagi penderita stroke.

Kami juga diajak untuk melihat cafe Professor Brawm Bistro, tak hanya sekedar cafe biasa, di cafe ini 50 persen dari pekerja adalah penyandang disabilitas. Menurutnya, banyak warga Singapura yang makan di cafe tersebut untuk membantu penyandang disabilitas.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.