Dark/Light Mode

Tabrakan Kapal Di Laut China Selatan, China-Filipina Cekcok Lagi

Selasa, 24 Oktober 2023 03:09 WIB
Sebuah kapal berbendera Filipina dihalangi oleh kapal Penjaga Pantai China dalam sebuah insiden yang mengakibatkan tabrakan antara kedua kapal tersebut, di perairan Laut China Selatan. Ini tangkapan layar dari video selebaran yang dirilis pada tanggal 22 Oktober 2023. (Penjaga Pantai China / Handout via REUTERS)
Sebuah kapal berbendera Filipina dihalangi oleh kapal Penjaga Pantai China dalam sebuah insiden yang mengakibatkan tabrakan antara kedua kapal tersebut, di perairan Laut China Selatan. Ini tangkapan layar dari video selebaran yang dirilis pada tanggal 22 Oktober 2023. (Penjaga Pantai China / Handout via REUTERS)

RM.id  Rakyat Merdeka - China dan Filipina cekcok lagi, menyusul dua insiden tabrakan kapal di Laut China Selatan. Manila menuding Beijing sengaja menabrakkan kapal-kapalnya.

Kementerian Luar Negeri Filipina memanggil perwakilan diplomatik China yang ada di Manila, Senin (23/10/2023). Para pejabat Filipina menuduh sebuah kapal penjaga pantai China memicu tabrakan dengan sebuah kapal pasokan dan sebuah kapal penjaga pantai Filipina.

Ini adalah panggilan kesekian kalinya untuk perwakilan China di Manila. China dan Filipina saling melempar tuduhan atas tabrakan tersebut.

Menurut Filipina, saat itu, kapal-kapal China memblokir kapal-kapal Filipina yang memasok logistik untuk pasukan di dekat Second Thomas Shoal, Minggu (22/10/2023).

Dalam video yang dirilis militer Filipina menunjukkan, haluan kapal penjaga pantai China dan buritan kapal Filipina saling bersentuhan. Sejauh ini, belum ada informasi lebih lanjut soal kerusakan kapal Filipina. Usai insiden tersebut, kapal itu melanjutkan perjalanan untuk memasok logistik ke pasukan.

Baca juga : Senin, MK Jadi Tontonan Lagi

Melansir Reuters, Senin (23/10/2023), Filipina telah mengirim pasokan untuk pasukan yang ditempatkan di sebuah kapal pengangkut yang karam dari era Perang Dunia II. Bangkai kapal di perairan dangkal tersebut digunakan sejak 1999 untuk menegaskan klaim teritorial Manila.

Kedua negara telah terlibat sejumlah bentrokan di LCS dalam beberapa bulan terakhir, terutama di dekat Second Thomas Shoal yang disengketakan, yang merupakan bagian dari Kepulauan Spratly.

Posisi Second Thomas Shoal

Second Thomas Shoal berjarak sekitar 200 kilometer dari Pulau Palawan di barat Filipina. Wilayah ini juga berada lebih dari 1.000 kilometer dari pulau Hainan, China.

Para pejabat Filipina menuduh, sebuah kapal penjaga pantai China yang memicu tabrakan dengan sebuah kapal pasokan dan sebuah kapal penjaga pantai Filipina.

“Kapal penjaga pantai dan kapal milisi maritim China, secara terang-terang telah melanggar hukum internasional, melecehkan dan dengan sengaja menabrak kapal Unaiza May 2 dan kapal Penjaga Pantai Filipina BRP Cabra,” ujar pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) Filipina, Gilbert Teodoro.

Baca juga : Soal Kebijakan Kemasan Pangan, Indonesia Diminta Tak Jiplak Negara Lain

“Kami mengecam keras pelanggaran mengerikan dan tindakan ilegal di zona ekonomi eksklusif (Filipina) dan China yang memutarbalikkan cerita demi tujuan mereka sendiri,” imbuhnya.

Sementara China menyatakan, tabrakan kecil ini berlangsung usai kapal pemasok tak menghiraukan berbagai peringatan.

“Dan dengan sengaja mengabaikan hukum dengan cara yang tak profesional dan berbahaya,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China yang dikutip CCTV, kemarin.

China menyatakan, tabrakan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Filipina.

Filipina dan China punya sejarah panjang soal sengketa maritim di LCS. Negara di Asia Tenggara itu memiliki pos di sembilan terumbu karang dan pulau di Spratly, termasuk Second Thomas Shoal.

Baca juga : Ganjar Pastikan Lanjutkan Perkuat Kedaulatan Pangan Era Jokowi

China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh LCS, termasuk bagian dari zona ekonomi eksklusif Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan, klaim China tidak memiliki dasar hukum.

Amerika Serikat berpihak pada Filipina dengan menawarkan dukungan kepada sekutunya tersebut. Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (22/10/2023), Departemen Luar Negeri AS mengatakan, tindakan China merupakan pelecehan yang berulang kali terjadi di LCS, dan bahwa tindakan tersebut berbahaya dan melanggar hukum.

Kedutaan Besar Kanada dan Jepang di Manila juga menyatakan dukungannya kepada Filipina dan keprihatinannya atas tabrakan tersebut.

Hubungan China dan Filipina memburuk di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr, yang telah memperkuat hubungan militer dengan AS sejak menjabat tahun lalu.

Dephan AS mengatakan pada Mei lalu, mereka akan melindungi Filipina, jika pasukan penjaga pantainya diserang di mana saja di LCS. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.