Dark/Light Mode

China Tak Beri Kepastian Soal Sengketa LCS

Filipina Bangun Aliansi Keamanan Dengan AS

Rabu, 21 Februari 2024 06:20 WIB
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Aaron Favila/POOL via REUTERS
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Aaron Favila/POOL via REUTERS

RM.id  Rakyat Merdeka - Filipina membangun kembali aliansi keamanan dengan Amerika Serikat (AS). Langkah ini diambil setelah China tidak memberikan kepastian dalam menyelesaikan sengketa wilayah di Laut China Selatan (LCS).

Profesor International Studies Department di De La Salle University, Renato Cruz De Cas­tro, mengatakan, bahwa mayori­tas masyarakat Filipina memberi dukungan penuh pada Pemerintah dalam menangani persengketaan klaim maritim dengan China di Laut China Selatan.

“Pemerintah Presiden Ferdi­nand Marcos Jr dalam menahan ekspansi China di perairan Laut China Selatan menggandeng AS sebagai rekan,” ujar De Castro, Senin (19/2/1024)

Baca juga : Terdakwa Markus Ngaku Pernah Dikerjain Markus

De Castro mengisi diskusi berjudul “What’s Going On with the Philippines, the United States, and China?” yang digelar secara virtual oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Senin (19/2/2024).

Dalam paparannya, De Castro mengatakan, Presiden Marcos tetap melanjutkan kerja sama ekonomi dengan China. Namun, Filipina kembali membangun kerja sama keamanan dengan AS untuk membantu mempertahankan wilayah perairan Filipina di LCS.

Usai dilantik pada 2022, lang­kah pertama Presiden Marcos adalah melanjutkan hubungan ekonomi dengan China, serta memperkuat kembali aliansi dengan Amerika Serikat di sek­tor keamanan.

Baca juga : Olla Ramlan, Mesra Dengan Junot

“Marcos Jr melakukan pendekatan ke AS karena China tidak memberi kepastian ke­amanan di kedaulatan Filipina di perairan LCS,” kata De Castro.

Di bawah pemerintahan Duterte, Filipina diketahui berupaya men­jalin hubungan lebih dekat dengan Beijing. Namun De Castro meni­lai, Duterte baru menyadari kebi­jakannya keliru pada akhir masa jabatannya. Sebab, meski memiliki hubungan hangat, hal itu tak mem­perlunak China dalam memper­tahankan klaimnya di LCS. Pada Februari 2020, Duterte mem­batalkan Visiting Forces Agree­ment dengan AS. Namun, terjadi insiden antara fregat Filipina dan korvet China di LCS.

“Presiden Marcos memetik pelajaran dari tindakan Duterte. Bahwa memenuhi tuntutan China tidak akan berhasil. Jadi pendeka­tannya, tentu saja, adalah kebi­jakan yang seimbang, melibatkan China dalam hubungan ekonomi, dan menjaga aliansi erat dengan AS,” sambungnya.

Baca juga : Ketemu Paloh Baru Awal, Jokowi Posisikan Diri Jembatan Bagi Semua

Presiden Marcos Jr pertama kali bertemu Presiden China Xi Jinping di Bangkok, Thailand, pada November 2022. Saat itu, Presiden Xi menyampaikan bahwa persengketaan klaim di LCS seharusnya tidak mempengaruhi hubungan antara Beijing dan Manila. Hal itu pun kembali disampaikanya ketika Marcos Jr berkunjung ke Beijing.

Namun De Castro menilai, komentar Xi hanya retorika be­laka. Sebab di lapangan, kapal angkatan laut China dan Filipina masih sering terlibat cekcok.

Hal itu membuat pemerin­tahan Marcos Jr merapat ke Washington.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.