Dark/Light Mode

Mengunjungi Tiga Kota Di Negeri Tirai Bambu (4 Selesai)

Turis Muslim Nggak Usah Takut, Banyak Restoran Halal di Beijing

Jumat, 8 November 2019 11:40 WIB
Sun Yi (kelima kiri) bersama tamu dari Indonesia. (Foto IST)
Sun Yi (kelima kiri) bersama tamu dari Indonesia. (Foto IST)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedutaan Besar China di Indonesia mengundang para pimpinan media dan think-thank mengunjungi tiga kota. Yaitu: Shenzhen, Wuhan dan Beijing di China, 27 Oktober-1 November 2019. Wartawan Rakyat Merdeka Wahyu Suryani berkesempatan mengikuti kegiatan ini. Berikut laporannya.

Kota terakhir yang kami kunjungi adalah Beijing. Ini kedua kalinya saya menginjakkan kaki di Ibu Kota China. Pada 2017, Kedutaan Besar China di Indonesia mengundang beberapa media dari negara-negara ASEAN terkait promosi kereta cepat. Saya dan kawan dari salah satu televisi swasta nasional ikut dalam kunjungan tersebut.

Suasana Beijing dua tahun lalu dengan sekarang rasanya tak berubah. Padat penduduk. Meski begitu, di tiap jalan tak terlihat sampah. Tak ada polusi. Pergerakan masyarakatnya juga cepat. Banyak pejalan kaki atau warga yang menggunakan sepeda listrik.

Di pinggir trotoar, terparkir banyak sepeda sewaan. Warga bisa menyewa melalui aplikasi di WeChat. Info aja guys, bagi yang belum pernah ke China, negeri ini tidak menggunakan layanan WhatsApp, tapi WeChat. Jadi jangan kaget penggunaan WhatsApp terbatas alias lemot. Ada warga China yang mengatakan hanya sebulan menggunakan WhatsApp, sebelum berpindah ke WeChat.

Baca juga : Indahnya Chicago China,Gedungnya Menyala-nyala

Beijing kota terdingin yang kami kunjungi dibanding Shenzhen dan Wuhan. Pagi hari suhunya mencapai 10 derajat. Siang hari 24 derajat. Yang menggigil itu ketika malam hari, suhunya mencapai 4 derajat. Dingin-dingin gini, enak rasanya jika minum atau makan yang hangat. Teh hijau hangat jadi minuman yang selalu menemani kami di meja makan.

Tehnya enak dan lumayan menghilangkan rasa dingin di luar. Soal makanan, menurut Sendi, Tour Guide kami di Beijing, wisatawan tak usah khawatir. Bagi yang Muslim, sudah banyak rumah makan Muslim di kota ini. Penggunaan minyak babi juga sudah mulai berkurang.

Ya, apa yang disampaikan Sendi sama seperti yang saya rasakan tahun 2017. Meski ketika itu rombongan media yang Muslim hanya empat orang, pihak China selalu menyediakan makanan dari restoran Muslim dan halal. Mereka begitu menghargai.

Puluhan tahun menjadi tour guide, Sendi mengaku sudah banyak membawa turis asal Indonesia. Sendi pun bisa berbahasa Indonesia. Dia belajar selama beberapa tahun dan menurutnya bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling gampang dipelajari.

Baca juga : Kampus `Eropa` Huawei Tenang, Adem dan Ayem

Di Beijing, kami berkunjung ke Chinese Academy of Social Sciences (CASS), lembaga penelitian akademik tertinggi di bidang filsafat dan ilmu sosial. CASS pusat nasional untuk studi komprehensif di China. Selain ke kantor CASS, kami juga melakukan pertemuan de- ngan Penasihat dan Direktur Divisi Hubungan Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri China, Sun Yi. 

Yi mengatakan, saat ini China masih menjadi negara sumber investasi terbesar ketiga di Indonesia. Pada 2018, China melakukan investasi langsung ke Indonesia yang jumlahnya sekitar 2,4 miliar dolar AS.

“China sumber investasi langsung terbesar di Indonesia. China akan tetap berpegang pada kebijakan yang tidak selalu mengatakan kita terbuka untuk investasi asing, tetapi kita juga terbuka untuk berinvestasi di negara lain termasuk Indonesia,” kata Yi. 

Selain investasi, Yi ditanya pandangannya soal aksi demonstrasi di Hong Kong. Menurutnya, Hong Kong adalah wilayah administrasi khusus bagian dari China. Sekarang, pemerintah pusat masih mendukung cara membangun perubahan di sekitar Hong Kong. Pihaknya yakin dengan pemerintah wilayah administrasi khusus Hong Kong.

Baca juga : Shenzhen, Surganya Teknologi di China

“Saat ini kami merasakan beberapa negara di luar Indonesia atau negara-negara Barat menggunakan masalah Hong Kong untuk mengganggu urusan dalam negeri China dan kami sepenuhnya menentang itu. Posisi kami mengenai itu cukup jelas. Pemerintah China tidak akan duduk diam dari campur tangan negara asing dengan urusan dalam negeri China,” tegas Yi.

Di Beijing, kami juga mengunjungi tempat wisata. Sendi mengajak kami ke Museum Nasional. Museum ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai seni dan sejarah China. Terdiri dari empat lantai yang berisi dokumen sejarah dan kisah perjuangan politik di China. Rentetan panjang sejarah politik China terpajang apik melalui pameran lukisan-lukisan berformat besar.

Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah Forbidden City (Kota Terlarang). Ini kedua kalinya saya ke sini. Pada 2017, saya mengunjungi tempat ini bersama rombongan media ASEAN.

Sekilas saja soal Forbidden City, tempat ini luas banget. Zaman dulu ini istananya kaisar. Letaknya sangat strategis karena berada di pusat Kota Beijing. Tempat ini dikelilingi tembok besar yang sangat kokoh. Disebut Forbidden City karena dulu tidak ada satupun yang bisa keluar masuk seenaknya ke kompleks istana tanpa izin kaisar. Itulah mengapa disebut Istana Terlarang. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.