Dark/Light Mode

PM Morrison Tuding Negara Lain Retas Situs Parlemen & Parpol

Selasa, 19 Februari 2019 08:35 WIB
Scott Morrison (Foto AAP)
Scott Morrison (Foto AAP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Isu serangan siber mencuat menjelang pemilu Australia. Perdana Menteri Scott Morrison menuding pelakunya negara lain.

Pemerintah asing menyerang sejumlah situs web parlemen dan partai politik besar. Demikian kata Morrison, kemarin. Tanpa menyebut negaranya. Hanya bilang aktor negara canggih.

“Ahli siber kami yakin aktor dari serangan jahat ini berasal dari negara canggih,” sebut Morrison dalam pidato di parlemen.

Baca juga : May Usulkan Plan B Ke Parlemen Inggris

“Kami juga tahu bahwa jaringan dari beberapa partai seperti Liberal, Buruh, dan Nasional juga terdampak,” sambungnya. Namun demikian, Morrison memastikan tidak ada bukti, serangan siber berdampak pada pemilu.

Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten mengatakan, serangan siber merupakan “kekhawatiran besar” menyusul adanya bukti-bukti “aktivitas jahat” di berbagai negara lain.

“Kita tidak boleh lengah dan sebagaimana dilaporkan perdana menteri mengenai aktivitas terkini, kita tidak dikecualikan atau kebal,” ujar Shorten, dilansir BBC.

Baca juga : Lion Air Serahkan Temuan Body Part Ke DVI Polri

Badan Intelijen Siber Australia mendeteksi adanya serangan siber di jaringan komputer parlemen nasional Australia. Akibatnya, awal Februari seluruh anggota parlemen diperintahkan mengganti pasword komputernya.

Menurut Kepala Badan Pusat Keamanan Siber Australia Alastair McGibbon, pihak berwenang tengah berupaya mengamankan seluruh jaringan lokal di parlemen. “Institusi politik kami telah menjadi target paling tinggi,” kata McGibbon.

Walau pemerintah menyatakan investigasi masih berjalan, pengamat keamanan siber Australia, Fergus Hanson, men- duga pelakunya antara China atau Rusia.

Baca juga : Jokowi: Jangan Sampai Terlena

“Kalau bicara apa motifnya, pelaku utamannya mungkin China, tapi Rusia juga tidak boleh dikesampingkan,” jelas Hanson.

Sejak 2017, hubungan antara China dan Australia tak berjalan baik. Pemicunya adalah tuduhan Canberra yang menyebut Beijing berupaya mencampuri urusan domestik Australia.[DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.