Dark/Light Mode

Nenggak Obat Belum Lolos Uji Klinis

Presiden Trump dan Istri Jadi Kelinci Percobaan

Senin, 5 Oktober 2020 07:47 WIB
Presiden Donald Trump bekerja di Presidential Suite, Walter Reed National Military Medical Center,  Bethesda, Maryland, Sabtu (3/10) setelah dinyatakan positif Covid-19. (Foto : Foxla.com)
Presiden Donald Trump bekerja di Presidential Suite, Walter Reed National Military Medical Center, Bethesda, Maryland, Sabtu (3/10) setelah dinyatakan positif Covid-19. (Foto : Foxla.com)

 Sebelumnya 
Kelinci Percobaan 

Trump dan Ibu Negara Melania Trump menjalani perawatan di Gedung Putih sebelum dibawa ke RS Walter Reed. Menurut Dokter Gedung Putih, Sean Conley, saat masih diisolasi di Gedung Putih, Trump menerima satu dosis obat antibodi Regeneron.

“Selain antibodi, Presiden telah mengonsumsi zinc, vitamin D, famotidine, melatonin dan aspirin setiap hari,” kata Conley.

Baca juga : Trump dan Istri Kepatil Corona

Pakar medis di AS mengecam pemberian obat antibodi itu. Trump dianggap dijadikan kelinci percobaan. Sebab, obat itu belum lolos uji klinis. Obat antibodi eksperimental dosis tinggi itu dikembangkan perusahaan bioteknologi AS, Regeneron. Seperti diketahui, pengobatan tersebut sedang menjalani uji klinis. Tetapi belum menerima persetujuan regulasi dalam bentuk apa pun.

“Kita seharusnya tidak memberikan obat ini kepada pre- siden sampai terbukti berhasil,” demikian cuitan dokter pengobatan darurat Jeremy Faust, instruktur di Rumah Sakit Brigham dan Wanita di Boston, seperti dilansir kantor berita AFP.

Faust menilai, memberikan obat itu sebagai kecerobohan. Hal itu bisa membuat pasien Covid-19 melakukan pengobatan seperti Trump lakukan. “Saya tidak dapat menatap mata mereka (pasien) dan memberitahu mereka bahwa saya mengetahui risiko dan manfaatnya (obat Regeneron). Itu preseden yang sangat buruk,” jelas Faust.

Baca juga : Kemenhub Libatkan Kampus Kaji Kebijakan Transportasi di Masa Pandemi

Chief Executive Officer (CEO) Regeneron Leonard Schleifer menjawab santai kritik itu. “Yang dapat kami katakan adalah bahwa mereka meminta untuk dapat menggunakannya, dan kami dengan senang hati memenuhinya,” katanya, kepada New York Times.

Schleifer menambahkan, uji klinis mereka menunjukkan hasil yang menjanjikan. Mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Dr. Thomas Frieden, juga setuju atas pernyataan tersebut.

“Dia berada dalam kelompok berisiko lebih tinggi karena berbagai alasan seperti usia yang lebih tua. Dan jika kami memberikan antibodi itu, kami berharap kami akan memberikan dorongan yang cukup untuk sistem kekebalannya sehingga dia dapat menang (dari Covid-19) dan pulih secara total,” ujar Schleifer. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.