Dark/Light Mode

Tanah Dekat Pangkalan Militer Dibeli Perusahaan Asing

Jepang Curigai China Dan Korsel

Kamis, 10 Desember 2020 00:58 WIB
Pangkalan Udara Chitose, Angkatan Udara Jepang di Hokkaido. [Foto: Jessica Quezada]
Pangkalan Udara Chitose, Angkatan Udara Jepang di Hokkaido. [Foto: Jessica Quezada]

 Sebelumnya 
Selain itu, sebuah perusahaan Korea Selatan pada 2013 membeli sebidang tanah di samping fasilitas radar Pasukan Bela Diri Maritim, di Pulau Tsushima, Prefektur Nagasaki, Jepang selatan. Lokasinya yang strategis menjadikannya pos terdepan bagi militer. Pulau ini berjarak sekitar 50 kilometer dari pantai Korea Selatan.

Repotnya, beberapa orang di Korea Selatan menyebut Pulau Tsushima harus diakui sebagai bagian dari Semenanjung Korea. Pada 2005, beberapa penduduk di kota Masan Korea Selatan menggelar festival untuk menuntut kembalinya Pulau Tsushima yang mereka sebut sebagai Daemado.

Baca juga : Susi Tunggu Jawaban Hashim

Insiden itu yang membuat Tokyo curiga, ada motif tersembunyi di balik transaksi tersebut. "Ketika investor Korea membeli tanah di Tsushima, kami mulai menyelidiki, " terang pejabat Tokyo yang enggan namanya disebut.

"Kami tidak dapat menjawab apakah Pemerintah China berada di balik beberapa kesepakatan ini, karena seringkali sulit melacak pembeli sebenarnya atau menemukan hubungannya dengan pemerintah," tambah pejabat tersebut.

Baca juga : Perusahaan Indonesia JAPFA Vietnam Buka Pabrik Keenamnya Di Negara Paman Ho

Garren Mulloy, pengamat Hubungan Internasional di Universitas Daito Bunka Jepang dan pakar masalah pertahanan mengatakan, pihak berwenang Jepang punya alasan kuat untuk khawatir.

"Negara manapun pastinya akan curiga jika ada perusahaan asing yang membeli tanah dan membangun di dekat fasilitas penting ," ujarnya.

Baca juga : Modernland Kembangkan Perumahan Konsep Jepang Di Jakarta Timur

Menurut Mulloy, beberapa dari kesepakatan ini mungkin hanya bisnis biasa, tetapi kesepakatan yang melibatkan negara, lebih mengkhawatirkan bagi Tokyo. "Perusahaan China tidak terbuka terhadap pengawasan dibandingkan perusahaan dari negara lain. Mereka terikat pada pemerintah mereka," kata jelasnya.

Mulloy menambahkan, tidak hanya China dan Korea Selatan, bisa saja di bagian utara Hokkaido, ada tanah-tanah yang juga milik perusahaan Rusia. Di Wakkanai misalnya, sekitar 5.000 meter persegi tanah milik asing berada dekat radar Pasukan Bela Diri. Perusahaan itu ingin mengembangkan turbin tenaga angin, namun belum ada yang dibangun. Mulloy menilai, itu akan menjadi perhatian militer Jepang. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.