Dark/Light Mode

Suasana Mencekam, Warga Singapura Dan WNI Diimbau Tinggalkan Myanmar

Jumat, 5 Maret 2021 00:47 WIB
Pengunjuk rasa anti kudeta berlari sambil membuka alat pemadam kebakaran guna menangkal dampak gas air mata yang ditembakkan polisi anti huru hara di Yangon, Myanmar, Rabu, 3 Maret 2021. (Foto Associated Press)
Pengunjuk rasa anti kudeta berlari sambil membuka alat pemadam kebakaran guna menangkal dampak gas air mata yang ditembakkan polisi anti huru hara di Yangon, Myanmar, Rabu, 3 Maret 2021. (Foto Associated Press)

RM.id  Rakyat Merdeka - Situasi Myanmar makin mencekam, Kedutaan Besar Republik Indonesia Yangon menetapkan siaga II. Dalam hal ini, KBRI telah sampaikan imbauan agar WNI tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing, menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak.

Sedangkan bagi WNI beserta keluarganya yang tidak memiliki keperluan yang essensial, dapat mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia dengan memanfaatkan penerbangan komersial yang saat ini masih tersedia. "Kemlu dan KBRI Yangon terus memantau perkembangan situasi di Myanmar. Saat ini, dipandang belum mendesak untuk melakukan evakuasi WNI," pernyataan Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha, Kamis (4/3/2021).

Berdasarkan data Kemlu, jumlah WNI di Myanmar sekitar 500 orang. Mayoritas WNI bekerja di sektor migas, pabrik, industri garmen, dan sebagai anak buah kapal (ABK). WNI yang membutuhkan bantuan, juga dipersilakan menghubungi Hotline KBRI Yangon: +95 9 503 7055. Hotline Pelindungan WNI Kemlu: +62 812-9007-0027.

Aparat bersenjata lengkap berlari ke arah demonstran anti kudeta untuk membubarkan unjuk rasa di Yangon, Myanmar, Rabu (3/3/2021). (Foto AFP/Getty Images)

Baca juga : Tanpa MSG, Kaldu Organik Ini Diklaim Dapat Tingkatkan Selera Makan Anak

Hal senada juga disampaikan Singapura. Kementerian Luar Negeri Singapura pada Kamis, 4 Maret 2021, mengimbau warganya yang tinggal atau sedang berada di Myanmar, agar mempertimbangkan untuk segera meninggalkan negara yang dulu bernama Burma itu. Singapura meminta warga negaranya di Myanmar untuk segera meninggalkan Myanmar.

“Ketegangan yang meningkat akibat bentrokan antara demonstran dengan aparat keamanan, serta naiknya jumlah warga sipil yang menjadi korban, maka Kementerian Luar Negeri sangat menyarankan warga Singapura untuk menunda semua perjalanan menuju ke Myanmar,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Singapura.

“Warga negara Singapura yang memilih untuk tetap berada di Myanmar, kami sangat menyarankan agar tetap berada di rumah sebisa mungkin dan menghindari perjalanan yang tidak mendesak, khususnya di area-area di mana unjuk rasa terjadi,” demikian keterengan Kementerian Luar Negeri Singapura.

Baca juga : JK Siap Jadi Juru Damai Myanmar

Warga Singapura di Myanmar yang membutuhkan bantuan, juga dipersilakan menghubungi kantor Kedutaan Besar Singapura di Kota Yangon.

Jenazah Kyal Sin (19), dikenal juga dengan nama Angel atau Deng Jia Xi, dibaringkan di Kuil China Yunnan. Dia meninggal karena ditembak di bagian kepala saat menghadiri demonstrasi menentang kudeta di Mandalay, Myanmar, pada 3 Maret 2021.(Foto Associated Press)

Sedikitnya 54 orang telah tewas dan lebih dari 1.700 ditahan sejak kudeta Myanmar pada 1 Februari. Demikian disampaikan Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Komisioner Tinggi HAM PBB) Michelle Bachelet. Ia juga mendesak pasukan keamanan untuk menghentikan menghentikan pembunuhan demonstran dalam unjuk rasa damai. Sebelumnya, 38 orang tewas pada Rabu (3/3) dalam unjuk rasa di mana pasukan keamanan terlihat menembaki kerumunan demonstran.

Baca juga : 30 Petugas Gabungan Bersihkan Puing Tembok Warga Yang Tutupi Saluran Air Di Kemang

Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk protes masyarakat terhadap kudeta militer Myanmar 1 Februari lalu. Militer menangkap pemimpin Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan sejumlah pemimpin politik lain dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Otoritas militer, dikutip Reuters, mengumumkan bahwa kekuasaan pemerintah telah dialihkan kepada pimpinan pasukan bersenjata, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Militer menyebut kudeta dilakukan sebagai respons atas kecurangan pemilu November 2020. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.