Dark/Light Mode

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (36)

Pengalaman Amerika Serikat (2)

Rabu, 18 Januari 2023 06:19 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Kata ini menjadi motto AS berasal dari bahasa Latin berarti; Bukan banyak, tetapi satu (out of many, one), Satu berasal dari yang banyak (one from many). Dari yang banyak menjadi satu”. Kalimat ini terinspirasi dari 10 fragmen Heraclitus: Dari yang satu terjadi segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berasal dari yang satu (The one is made up of all things, and all things issue from the one).

Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan di dalam mata uang coin di AS, khususnya di negara bagian New Jersey, tahun 1786, kemudian menjadi lambang dalam materai dan perangko di AS, dan terakhir sekarang menjadi symbol pemersatu untuk seluruh negara bagian AS.

Di dalam lambang AS ada garis-garis lingkaran bundar di dalamnya terdapat gambar elang membentangkan kedua sayapnya sambil menggigit sebuah pita bertuliskan E Pluribus Unum.

Baca juga : Pengalaman Amerika Serikat (1)

Kata ini menjadi motto AS berasal dari bahasa Latin berarti; Bukan banyak, tetapi satu (out of many, one), Satu berasal dari yang banyak (one from many). Dari yang banyak menjadi satu”. Kalimat ini terinspirasi dari 10 fragmen Heraclitus: Dari yang satu terjadi segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berasal dari yang satu (The one is made up of all things, and all things issue from the one).

Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan di dalam mata uang coin di AS, khususnya di negara bagian New Jersey, tahun 1786, kemudian menjadi lambang dalam materai dan perangko di AS, dan terakhir sekarang menjadi symbol pemersatu untuk seluruh negara bagian AS.

E Pluribus Unum sesungguhnya mempunyai kemiripan dengan istilah yang amat poluler di Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika (bercerai berai tetapi tetap satu), sebagaimana pernah dipolulerkan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sotagama.

Baca juga : Mencermati Isu Pribumisasi Islam

Ia seorang pujangga terkenal Jawa pada abad ke 14 dalam periode Majapahit. Hidup di dalam pemerintahan Rajasanagara atau lebih dikenal dengan Hayam Wuruk. Dalam buku itu ia menggoreskan sebuah istilah Bhinneka Tunggal Ika yang sekarang menjadi bagian falsafa leluhur yang mengispirasi konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita harus menaruh hormat atas beliau karena istilah itu secara psikologis ikut menguatkan kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Dalam Islam, kata E Pluribus Unum dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sesuatu yang asing. Bahkan kedua istilah itu sesungguhnya menjadi bagian dari substansi ajaran agama Islam. Terlalu banyak ayat dan hadis menyatakan semangat persatuan dan kesatuan antara sesama makhluk, baik sesama makhluk mikrokosmos (manusia/Bani Adam) maupun dengan makhluk makrokosmos.

Allah SWT menyatakan: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. Al-Isra’/17:70).

Baca juga : Membenahi Kurikulum

Dengan demikian, wajar jika Islam dan umat Islam bisa dengan mudah diterima oleh kedua negara yang menganut asas yang sama. Baik AS maupun Indonesia, sama-sama mengakui nilai-nilai universal kemanusiaan, sebagaimana halnya yang menjadi inti ajaran Islam yang dipadati dengan ajaran kemanusiaan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.