Dark/Light Mode

Komunikasi Pemimpin: Konteks Tinggi Atau Konteks Rendah

Senin, 29 Mei 2023 07:29 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Tentang pertanyaan ketiga, dari sebagian besar narasi di stasiun televisi, yang kami tangkap: Yes, Jokowi diam-diam kini lebih condong ke Prabowo daripada Ganjar Pranowo. Narasi ini tidak bisa diambil sekadar dari kunjungan mendadak Prabowo ke rumah Gibran pekan lalu. Jawabannya harus dikaitkan dengan berbagai pertemuan, termasuk kunjungan kerja Prabowo sebagai Menhan yang menemani kunjungan kerja Presiden Jokowi. Banyak kalangan yang bertanya-tanya apa sebab Prabowo sering diminta Jokowi untuk menemaninya dalam kunjungan kerja ke berbagai lokasi yang sebenarnya tidak terkait dengan pekerjaannya sebagai Menteri Pertahanan. Apakah hal ini upaya Jokowi mempersiapkan Prabowo memahami tugas-tugas presiden jika suatu saat waktunya tiba?                

Baca juga : Demokrasi Terpimpin Ke Demokrasi Rakyat?

Yang bikin ramai topik ini, karena pertemuan Prabowo-Gibran spontan mengundang reaksi DPP PDIP. Pimpinan PDIP langsung “mengundang” Gibran datang ke kantor PDIP. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, ditemani seorang petinggi DPP PDIP yang menemui Gibran dalam pertemuan tertutup. Sayang, jawaban Hasto kepada media bersifat konteks tinggi (high context): Gibran kebetulan ada tugas mengunjungi Jakarta, lalu mampir ke kantor PDIP. Padahal semua media sudah “telanjur” berkilah bahwa Gibran ditegur oleh DPP PDIP atas pertemuannya dengan Prabowo pekan sebelumnya.              

Baca juga : Mungkinkah Anies Kesulitan Dapat Tiket Capres?

Rangkaian misteri pasca kunjungan Prabowo menemui Gibran di rumah kediamannya terjadi karena pemimpin Indonesia, umumnya, lebih suka menggunakan konteks tinggi jika berkomunikasi, apalagi komunikasi yang bernuansa penting. Komunikasi konteks tinggi adalah komunikasi yang tidak langsung (tidak zakelijk), tapi berputar-putar, lebih suka pakai jargon-jargon yang kadang sulit dimengerti oleh komunikan. Beberapa tahun yang lalu, misalnya, Indonesia nyaris “perang” dengan Malaysia gara-gara sengketa kepulauan yang terletak di perairan perbatasan kedua negara. Kapal-kapal perang Malaysia sudah mendekati kapal-kapal perang Indonesia, seolah menantang RI untuk “berduel”. Kapal-kapal perang kita terkesan tidak berani, menghindar tabrakan dengan kapal-kapal Malaysia. Di depan kedutaan besar Malaysia untuk RI di Jl. Rasuna Said beberapa hari pecah aksi-aksi unjuk rasa menentang Malaysia dan menuntut pemerintah kita untuk tidak takut melawan provokasi Malaysia. Sejumlah pengunjuk rasa bahkan menggoreskan lengannya dengan pisau, darah pun berceceran.   
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.