Dark/Light Mode

Muslim Uighur, Antara Tragedi Kemanusiaan Dan Separatisme (1)

Beragam Isu Seram Pelanggaran HAM

Kamis, 24 Januari 2019 07:49 WIB
SHAMSI ALI
SHAMSI ALI
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Informasi yang kita dengar sejak lama misalnya mengatakan, komunitas Muslim di bagian negara China ini dilarang melaksanakan ajaran agamanya. Mereka dilarang naik haji, berpuasa, sholat, bahkan dilarang memakai istilah-istilah agama seperti “Assalamu alaikum”, “Insya Allah”, Alhamdulillah, dan seterusnya. Atau dilarang memakai nama-nama yang diidentikkan dengan nama Muslim seperti Muhammad, Ali, Umar, dan lain-lain.

Sebaliknya mereka dipaksa melakukan hal-hal yang dilarang agama. Seperti minum alkohol, memakan makanan haram seperti babi, dan lain-lain. Bahkan lebih jauh, mereka dipaksa untuk lebur ke dalam ras dan etnik Han China dengan memaksa wanita-wanita Uighur menikah dengan pria-pria dari kalangan etnis China asli (Han).

Baca juga : Pentingnya Rasa Keadilan

Lebih parah lagi mereka dipaksa menerima idiologi komunisme dan meninggalkan keyakinan Islam mereka. Hal itu antara lain dengan pemaksaan kepada mereka untuk menerima dogma-dogma komunisme. Seraya menyatakan “kekufuran” kepada keyakinan Islam.

Yang paling parah kemudian adalah, penangkapan massal jutaan kaum Uighur. Lalu ditempatkan di kamp-kamp konsentrasi di daerah-daerah yang tertutup dari dunia luar. Di kamp-kamp inilah mereka secara leluasa dipaksa menanggalkan agama mereka dan menerima ideologi komunisme. Bahkan terjadi pembasmian sistematis dengan suntikan (injeksi) obat-obatan tertentu.

Baca juga : Potong Tangan Atau Hukum Mati Koruptor!

Dengan suntikan itu, kaum Uighur banyak yang mati pelan-pelan. Wanitanya mengalami pendarahan parah yang tidak memungkinkan lagi untuk hamil. Di kamp-kamp konsentrasi ini juga terjadi ragam penyiksaan. Termasuk mencabut kuku para tahanan. Atau merendam mereka di penjara dalam waktu yang lama. Bahkan pemerkosaan massal kepada wanita-wanita mereka.

Banyak lagi ragam penyiksaan yang mereka alami. Baik di luar kamp-kamp konsentrasi. Maupun di dalam kamp-kamp konsentrasi itu. Tentu lebih runyam dan rumit lagi, karena kita kenal pemerintahan komunisme itu, selain kejam seperti yang pernah mereka lakukan ke bangsa Indonesia. Juga sangat tertutup. Maka kemungkinan besar informasi yang sampai ke dunia luar sangat terbatas. [Bersambung]

Baca juga : Hak Asasi Manusia

Imam Shamsi Ali;   Presiden Nusantara Foundation, Imam Islamic Center New York, Direktur Jamaica Muslim Center, New York, Pendiri Pondok Pesantren Di AS, dan Diaspora Indonesia di Kota New York

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.