Dark/Light Mode

Ancaman Reshuffle Cuma Gertak Sambel

Rabu, 8 Juli 2020 09:05 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Secara khusus, Presiden menyoroti kinerja Kementerian Kesehatan yang buruk. “Di bidang kesehatan, anggarannya mencapai Rp 75 triliun. Namun, yang baru keluar hanya 1,53 persen. “Uang beredar ke masyarakat ke-rem di situ semua! Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan yang tepat sasaran, sehingga bisa mengtrigger ekonomi!” Padahal, menurut Ketua Komisi IX DPR, Ibu Felly Estelita Runtuwene, sehari setelah video Presiden marah-marah viral, anggaran kesehatan yang masuk ke DIPA Kementerian Kesehatan baru Rp 1,96 trilun dengan realisasi 17,6% ! Jumlah itu pun digunakan Kemenkes bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Puncak emosi Jokowi, dengan nada kesal dan suara agak “serak”, Ia mengancam akan mengambil tindakan keras terhadap para menterinya yang masih bersikap “biasa- biasa” dan “enggak ada progres yang signifikan.” Jokowi mengancam: “Bisa saja [saya] membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke-mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan.”Pasca marah-marah Presiden Jokowi, media dan pengamat politik ramai-ramai buat prediksi tentang reshuffle kabinet; bahkan nama-nama menteri yang bakal dicopot Presiden juga disebutkan oleh sejumlah media. Seolah-olah begitu yakin “ramalan” pengamat politik. Dan berita ini terus “digoreng” sangat garing selama satu minggu lebih.

Baca juga : Jokowi `Disentil` Komisi IX DPR RI

Tapi, kemarin, 6 Juli 2020, usai sidang kabinet terbatas di Istana, Menteri Sekretaris Negara, Dr. Pratikno MEMBUYARKAN semua kegaduhan di masyarakat. Reshuffle dinilai tidak perlu lagi, sebab para menteri sudah bekerja bagus. Jadi, bicara tentang reshuffle tidak lagi relevan. Harap jangan dibahas lagi, ucap Pratikno.

Pratikno dan para petinggi Istana, tampaknya, tidak menyadari konsekuensi serius dari pernyataan Menteri/Sekretaris Negara ini: integritas Presiden Joko Widodo akan goyang. Jokowi akan dinilai sebagai kepala negara yang – maaf – omdo, omong doang. ancaman yang dikeluarkan di Istana tanggal 18 Juni 2020, ternyata, cuma gertak sambal atau bagian dari dramaturgi, teori komunikasi gagasan Erving Goffman yang sangat kondang itu.

Baca juga : Presiden Harus Tolak RUU HIP!

Jika anda seorang pemimpin, apalagi petinggi pemerintah/negara, jaga baik-baik mulut anda. Jangan suka sesum-bar, tapi sumbaran anda itu ternyata cuma gertak sambal. Kalau komunikasi gertak sambal sering anda luncurkan dari mulut anda, maka RONTOKLAH integritas anda sebagai pemimpin !!

Masyarakat pun pasti tidak percaya bahwa dalam tempo hanya 10 hari, kinerja para men-teri yang disorot Presiden mendadak naik bak roket. Mustahil! Menteri/Sesneg salah-salah bisa dituding melakukan kebohongan publik, public lies!

Baca juga : Ramai-ramai Gorok Parpol Cilik

Fear-arousing communication, dramarturgy, public lies, itulah 3 fenomena komunikasi negatif yang mewarnai Istana 2 minggu terakhir ini. Kita prihatin! ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.