Dark/Light Mode

Zaman Ruwaibidhah (2)

Selasa, 21 Juli 2020 11:59 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Ciri-ciri orang Ruwaibidhah yang oleh Ibn Khaldun diadopsi oleh generasi penghancur yaitu merasa sok pintar padahal sesungguhnya dungu, tidak mau mendengarkan nasihat dan saran dari orang lain karena merasa diri paling tahu dan paling pintar.

Mereka begitu gampang memencilkan para pengeritiknya, tidak mau mendengarkan bahasa agama dan para ulama, dan menganggap kebohongan public sebagai sesuatu yang wajar.

Jika dinasehati dianggap direcoki, jika diberikan alternatif solusi masalah ditolak, dan mereka jalan sendiri dengan keinginan-nya, tidak peduli apakah orang lain puas atau tidak.

Jika tanda-tanda Ruwaibidhah muncul bukan hanya akan merusak tatanan kehidupan masyarakat tetapi juga menjadi pintu masuk datangnya musibah yang beruntun.

Baca juga : Zaman Ruwaibidhah

Alam sudah tidak lagi akan menunjukkan persahabatannya dengan manusia. Anomali cuaca dan musim dengan segala akibatnya semakin terasa di dalam kehidupan masyarakat. Penyakit yang tanpa ketahuan obatnya akan merajalela, kriminalitas bermunculan di mana-mana, dosa dan maksiyat semakin terbuka dan pada akhirnya doa berjamaah semakin tumpul.

Cara mengembalikan kepada situasi normal tidak pernah tertutup. Allah SWT selalu membuktikan diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pengasi dan Maha Penyayang. Asal manusia baik secara individu maupun kolektif mau Kembali mengevaluasi diri dan meninggalkan semua kebiasaan buruk yang selama ini melekat pada dirinya.

Cara menyelesaikan problem sosial kemasyarakatan bukan hanya melalui teori-teori sosial seperti pendekatan ekonomi, politik, dan keamanan, tetapi yang tak kalah pentingnya ialah taubat secara massif dan perlu berdoa secara berjamaah yang dalam tradisi NU bisa disebut Istigatsah.

Kita harus berani mengakui kekhilafan diri di hadapan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.Tidak mungkin manusia sendiri mampu menyelesaikan seluruh problem yang dihadapinya. Kita memerlukan uluran tangan kasih-sayang Tuhan sebagai Sang Maha Kuasa untuk membantu kita menyelesaikan persoalan berlapis-lapis dipundak kita.

Baca juga : Sogokan Spiritual (2)

Kita perlu memohon kepada Tuhan alam semesta untuk kembali menundukkan alam semesta ini kepada manusia. Pada saat bersamaan kita perlu mengevaluasi relasi kita dengan alam semesta. Mungkin selama ini kita over masculine memerankan diri sebagai khalifah, sehingga terjadi disrupsi alam semesta.

Sudah waktunya kita merumuskan strategi makro hidup berdamai dengan alam semesta. Tinggalkan tradisi ker-akusan dan egoisme di dalam berkomunikasi dengan alam semesta.

Sudah waktunya meninggalkan metode jalan pintas membersihkan lahan dengan cara membakar hutan, memindahkan gunung dan bukit, mengorbankan keragaman fauna dan flora, mencemarkan atmosfir udara kehidupan, dan eksploitasi perut bumi melampai ambang batas daya dukungnya.

Sudah waktunya kita menggunakan bahasa yang sama: Membangkitkan kesa-daran lingkungan sosial yang kooperatif dan konstruktif. Sudah waktunya kita membangkitkan kesadaran kolektif baru (new collective consciousness) sebagai sesama warga bangsa, sesama umat be-ragama, sesama umat manusia.

Baca juga : Pesantren dan Moderasi Umat (2)

Dalam era new civilization ini, kita perlu mengedepankan aspek humanity lebih dominan, bukan lagi aspek kepent-ingan sesaat atau manivestasi ego-ego sectoral lainnya. Kita berharap dan semoga bukan hanya mimpi untuk melahirkan The New Indonesian Society yang menjunjung tinggi lima sila dari Pancasila yang sudah mendapatkan legitimasi kultur dan berbagai agama di Indonesia. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.