Dark/Light Mode

Logistik Pemilu 2019 Rusak Di Beberapa Provinsi

MARDANI ALI SERA : Enggak Bisa Dong Dibilang Salah Alam

Minggu, 17 Februari 2019 20:28 WIB
Logistik Pemilu 2019 Rusak Di Beberapa Provinsi MARDANI ALI SERA : Enggak Bisa Dong Dibilang Salah Alam

RM.id  Rakyat Merdeka - Distribusi logistik Pemilu 2019 mengalami masalah di sejumlah daerah. Di Cirebon, sebanyak 2.298 kotak surat suara rusak, terkena air di gudang logistik KPU Kabupaten Cirebon. Kotak suara yang sudah dirakit untuk KPU Kabupaten Cirebon ada 14.715 buah. Dari jumlah tersebut, yang rusak dan tidak dapat dipakai 2.298 buah, sehingga jumlah kotak yang aman dan tidak terkena dampak tersisa 12.417 buah.

Di Banten, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banten menemukan adanya pengiriman surat suara tanpa pengawalan kepolisian. Bahkan, dari hasil pemantauan, ada stiker pengaman surat suara yang rusak.

Pengiriman surat suara tanpa pengawalan tersebut terjadi pada distribusi logistik untuk KPU Kota Serang. Pengawalan hanya dilakukan mulai keluar Tol Serang Timur sampai gudang. Padahal idealnya, pengawalan pengiriman surat suara ini dilakukan sejak dari percetakan sampai gudang masing-masing KPU.

Bawaslu Jawa Tengah (Jateng) menemukan kejadian pengiriman dan penerimaan surat suara seperti tanpa ada perencanaan. Bahkan tanpa jadwal, tanpa pemberitahuan, dan terkesan mendadak. Jajaran KPU di sejumlah daerah tidak ada persiapan memadai untuk menerima logistik Pemilu 2019. Misalnya, KPU Kabupaten Purworejo, ada logistik yang harus menunggu sehari semalam karena tenaga bongkar belum siap.

Lantas bagaimana tanggapan KPU terkait persoalan ini? Apakah sudah disiapkan langkah pencegahan agar peristiwa serupa tidak teru-lang? Bagaimana pula pandangan para peserta pemilu dan tim suksesnya mengenai kejadian ini?Berikut penuturan lengkapnya.

Baca juga : ILHAM SAPUTRA : Rusak Akibat Hujan Dan Banjir, Itu Bencana

Logistik Pemilu 2019 mengalami kendala di sejumlah daerah. Salah satunya surat suara rusak di Sumatera Barat (Sumbar) dan Cirebon. Bagaimana tanggapan BPN atas kejadian ini?
Pertama saya harus ingatkan, kesalahan itu ada pada detailnya. Jadi kalau kejadian Cirebon dan Sumbar tidak ditangani dengan baik dapat merusak kredibilitas penyelenggaraan pemilu kita. Karena fotonya jelas, ada surat suara yang terendam, basah, dan sedang dijemur. Dan itu perlu ada penyelidikan dengan seksama.

Apa masalahnya, kejadiannya seperti apa, 5W1H-nya jelas (istilah jurnalistik what, where, when, who, why, dan how), sehingga kita tahu dimana letak kesalahannya. Saya bukan mau mencari siapa yang salah, tapi di mana letak kesalahannya. Karena waktunya terlalu pendek untuk kita saling menyalahkan. Jadi dimana letak kesalahannya, habis itu pastikan ada langkah antisipasinya.

Karena memang, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) sudah menyatakan sekarang ini cuaca sedang ekstrim. KPU perlu memperhatikan ramalan cuaca ini. Karena pada hari H nanti, bisa jadi di banyak daerah di Indonesia, juga akan mendapatkan curah hujan yang tinggi, sehingga hal itu harus mendapat perhatian.

Kalau alasan dari KPU kan terjadi karena kebetulan bencana saja, curah hujan tinggi di sana. Bagaimana tanggapan Anda soal ini?
Kalau karena curah hujan yang banyak, sebetulnya bukan bencana kalau menurut saya. Karena mau ada gempa sekalipun, dengan mitigasi yang tepat akan meminimalkan korban.

Contohnya negara Jepang, di mana frekuensi gempanya jauh lebih banyak ketimbang kita. Tetapi mereka mampu melakukan upaya mitigasi yang baik, sosialisasi dengan baik, antisipasi dengan baik, sehingga korbannya minim.

Baca juga : MUHAMMAD SAID DIDU : Tak Ada Yang Istimewa, Itu Basisnya Masih SDA

Nah, kalau menurut saya enggak bisa semudah itu mengatakan, ini kan kesalahan alam, atau ini kan karena cuaca yang ekstrim. Memang kita hidup di jaman yang sangat pancaroba. Lihat saja bagaimana akibat pollar vortex di Amerika Serikat itu kan. Suhu minusnya sampai sekian derajat celcius, sehingga beku semua.

Jadi memang hal semacam itu adalah bagian dari keseharian yang harus diantisipasi. Dan saya yakin, dengan tindakan kolektif kita sebagai bangsa, dimana kita sudah menghadapi lima kali pemilu, pasti bisa menyelesaikan masalah ini. Asal tadi, jujur dimana letak kesalahannya.

Lalu kalau sudah jujur harus bagaimana?
Ya segera lakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalahnya, dan siapkan langkah antisipasi agar tidak terulang. Misalnyanya memang di kualitas kotak suaranya. Kan masih ada waktu untuk melakukan perbaikan.

Misalnya ditambah dengan semacam selotif transparan. Kita bisa undang beberapa teman dari kampus, untuk mengajarkan bagaimana cara yang murah, dan mudah untuk memperkuat kotak suara ini, sehingga lebih tahan.

Kan undang-undangnya sudah menyatakan, kotak suaranya harus kedap air, tapi dalam kenyataannya kan tidak. Berarti bisa jadi yang dibuat pertama kali bagus, sementara yang berikutnya kurang. Kan order pembuatannya juga, karena jumlahnya banyak enggak di satu perusahaan saja, ada beberapa percetakan yang menangani hal ini.

Baca juga : ARIF BUDIMANTA : Ini Capaian Tertinggi Pemerintahan Jokowi

Selain itu berarti kan kontrolnya harus ditambah. Jadi menurut saya tidak boleh bermain pencitraan. Maksudnya begini, ‘udah kok aman, udah kok kuat’ dan lain-lain. Jadi jangan seperti itu.

Lebih baik kalau dia mengakui ada kekurangan seperti ini, terus mereka berharap pemda melakukan ini, sementara masyarakat harus seperti ini. Jadi pola pikirnya itu undeniying, jangan menegasikan bahwa itu aman dan sebagainya. Sekecil apapun, fakta itu ada, makanya harus diselesaikan. Kami selalu mendukung KPU secara penuh.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.