Dark/Light Mode

Haruskah ‘Bilik Asmara’ Di Lapas Dilegalkan?

ZOYA AMIRIN, Seksolog : Bilik Asmara Bisa Tingatkan Kualitas Hidup Narapidana

Sabtu, 8 Desember 2018 09:52 WIB
Haruskah ‘Bilik Asmara’ Di Lapas Dilegalkan? ZOYA AMIRIN, Seksolog : Bilik Asmara Bisa Tingatkan Kualitas Hidup Narapidana

 Sebelumnya 
Berarti hubungan yang berkualitas itu memiliki pengaruh kepada kualitas hidup seseorang juga termasuk kepada para napi?
Itu memang sudah terbukti untuk membantu individu untuk punya kualitas hidup lebih baik. Jadi kalau ada si bilik asmara, itu relatif bisa membantu pasangan suami istri eng¬gak cuma dalam relationship saja, tetapi sebagai pribadi. Di saat para napi sedang menyesali, mereka itu menbutuhkan banyak zat-zat atau hormon-hormon bahagia itu yang bisa membantu mereka.

“Wah saya bisa lho untuk berbuat baik dan sebagainya.” Jadi kalau menurut saya sih memang diperlukan bilik asmara itu dari segi kemanusian dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Cuma kan banyak orang yang bilang, ‘Ah mereka ini kan penjahat, enggak usah dipikirin.” Bahkan buat pelaku kejahatan pelecehan seksual, kalau saya ada dana, setelah saya bantu korban, saya akan memberikan seks edukasi kepada para pelaku seksual dan pemerkosa. Tentu itu dilakukan setelah saya membantu korbannya dulu ya.

Baca juga : FADLI ZON, Wakil Ketua DPR: Pendapat KPK Sudah Melampaui Batasnya

Anda apakah punya catatan tersendiri terkait kehidupan seks para napi?
Dulu saya pernah tahu, mudah-mudahan enggak ada lagi ya sekarang. Dulu itu banyak pelecehan seksual terjadi di lapas laki-laki kan, sodomi dan segalanya. Namun itu data sudah lama, itu harus cek lagi kebenarannya dan informasi itu saya dapatkan saat private konseling juga. Jadi hal-hal seperti pelecehan seksual kan banyak juga terjadi di penjara. Karena mereka bukan masalah menjadi gay, tetapi masalah hasrat seksual, karena kan mereka tidak perlu melihat mukanya, dan itu menjadi polemik lagi.

Kembali soal kualitas hidup, seberapa besar sih pengaruh sek-sual dalam kualitas kehidupan manusia?
Begini, manusia jika memiliki masalah selain masalah seks, sebanyak 30-40 persen kehidupannya terganggu. Tetapi kalau kehidupannya ada masalah dalam hubungan seksnya, bisa mencapai 60 persen keseimbangan hidupnya terganggu. Ini bukan soal hubungan seksualnya saja ya. Misalnya soal cinta, galau dan sebagainya. Makanya sampai ada pernyataan yang kurang tepat menurut saya, ‘Yah cuma gara-gara gagal cinta saja sampai bunuh diri.”

Baca juga : SAUT SITUMORANG, Wakil Ketua KPK: Di Negara Demokrasi, Ide Boleh Didengar Boleh Tidak

Menurut saya itulah bedanya manusia dengan hewan. Karena manusia memiliki perasaan jatuh cinta, dan cinta bukan hanya urusan reproduksi semata, namun bisa juga sebagai rekreasi. Nah ini juga berlaku bagi para narapidana, memang keradaan mereka di sana karena kesalahan yang mereka buat. Tetapi kebutuhan akan seksual itu memang dibutuhkan bagi mereka yang sudah menikah.

Tapi keberadaan bilik asmara ini khusus di lapas laki-laki saja atau perempuan juga?
Kalau dilihat dari sisi kemanusian, lebih baik disediakan di lapas laki-laki maupun perempuan. Kan dua-duanya punya kebutuhan. Namun, biasanya sih hal seperti ini tidak dirilis.

Baca juga : Tavipiyono, Direktur PIAK Ditjen Dukcapil Kemendagri : Perekaman e-KTP Sudah 97,33 Persen

Lantas apakah Anda sebagai pengamat pernah membicarakan bahkan mengusulkan bilik asmara ini ke pihak terkait?
Saya sih sudah ingin mengajukan itu (bilik asmara) kepada pemerintah. Karena sebagai makluk hidup meskipun di penjara, kebutuhan seksual kita kan juga tetap ada, enggak bisa sembarangan dikesampingkan. Semoga bisa kasih usulan kepada pihak terkait. Meskipun kadang-kadang suka diketawain kalau kita yang kasih usulan. [NNM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.