Dark/Light Mode

TVOne Pilihannya Beda

Media Besar Tidak Tertarik HL-kan 212

Selasa, 4 Desember 2018 08:00 WIB
Berita utama alias headline di sejumlah suratkabar ibukota, edisi 3 Desember 2018, sehari setelah acara Reuni 212 di kawasan Monas dan sekitarnya. (Foto: Istimewa)
Berita utama alias headline di sejumlah suratkabar ibukota, edisi 3 Desember 2018, sehari setelah acara Reuni 212 di kawasan Monas dan sekitarnya. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Reuni 212, Minggu (2/12) yang dihadiri massa orang, kurang laku di media dalam negeri. Sejumlah surat kabar ternama tak tertarik memuat berita soal ini menjadi headline atau mejeng di halaman depan. Pun begitu dengan sejumlah stasiun televisi. Hanya TV One yang pilihannya beda. 

Dari 8 surat kabar top yang terbit kemarin, hanya 3 media yang memberitakan Reuni 212 di halaman depan. Ketiganya adalah Republika, Rakyat Merdeka, dan Jawapos. Halaman 1 Rakyat Merdeka semuanya membahas soal 212. Republika, juga full. Koran itu memberi judul "Reuni 212 Damai",  dengan foto suasana Monas sebesar kira-kira sepertiga halaman di atas.

Jawapos, meski tidak menjadikan sebagai headline utama, tetapi memberitakan Reuni 212 itu dengan judul "Reuni 212 Bersih Dan Monas Tertib". Di sebelah berita, diberi foto suasana Monas. Sementara Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Pembaruan, dan Koran Sindo tidak. Kompas, menjadikan berita "Polusi Plastik Mengancam" sebagai headline. Sementara Media Indonesia mengangkat berita "PP 49/2018 Solusi bagi Tenaga Honorer" sebagai berita utamanya. Mirip dengan Media Indonesia, Koran Sindo mengangkat berita "Rekrutmen Pegawai Kontrak Mulai 2019". Koran Tempo, mengangkat "Menuju Ekosistem Digital" sebagai headline.

Dikonfirmasi soal ini, Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso menjelaskan alasan kenapa tidak menjadikan Reuni 212 menjadi headline. Dia menjelaskan, Koran Tempo berukuran kompak (compact), dengan konsep 1 halaman, 1 isu berita. Kedua, setiap hari, tulisan di halaman 1 Koran Tempo merupakan hasil perencanaan. "Ini untuk membedakan materi koran dengan berita online yang sudah lebih cepat sampai pembaca," ujarnya lewat aplikasi Whatsapp kepada Rakyat Merdeka, Senin (3/12).

Khusus untuk edisi Senin, 3 Desember 2018, Koran Tempo mengeluarkan Edisi Khusus Startup Pilihan Tempo (SPT). Edisi ini disusun dan direncanakan sejak sebulan lalu. SPT ini ajang tahunan. "Pemenang 2018 sudah diumumkan dalam satu event, Sabtu 1 Desember pekan lalu," bebernya. Jadi, menurut Budi, tidak ditempatkannya pemberitaan Reuni 212 di halaman depan korannya, bukan karena Koran Tempo menganggap peristiwa Reuni 212 tidak menarik.

Apakah demo 212 tidak menarik? "Jelas menarik, dan karenanya kami tempatkan dua halaman di halaman 7 dan 8. Foto besar pula. Kami beri konteks politik dari peristiwa itu," tutup Budi.

Baca juga : BIN: Soal 41 Masjid Tak Terkait Reuni 212

Pemimpin Redaksi BeritaSatu.com/Investor Daily/Suara Pembaruan/Majalah Investor Primus Dorimulu menyebutkan, dalam memilih berita untuk headline, mereka selalu berpedoman pada Jurnalisme Positif yang sudah menjadi Buku Putih Beritasatu Media Holdings (BSMH). BSMH ini memiliki sejumlah media, di antaranya Suara Pembaruan, Investor Daily, Beritasatu.com, dan BeritasatuTV.

Menurut Primus, dalam Jurnalisme Positif, nilai sebuah berita tidak saja dilihat dari sisi menarik, penting, dan magnitude-nya, tapi juga manfaat bagi masyarakat Indonesia. "Berita yang kami sajikan, harus memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Jangan sampai, HL kita memicu terjadinya suasana yang tidak diinginkan. Suasana jelang pilpres perlu dipelihara, agar kondusif bagi pembangunan manusia Indonesia," ujar Primus kepada Rakyat Merdeka, Senin (3/12) malam. 

Soal Reuni 212, Primus menyebut, aksi unjuk rasa sebagai ekspresi kebebasan berpendapat, dijamin UU. Tapi, ada banyak cara menyatakan pendapat. Aksi massa, jika tidak dikelola dengan baik, bisa terjadi suasana chaos. Aspirasi yang hendak disampaikan para pengunjuk rasa sudah diketahui pemerintah. "Jika niatnya hendak menggantikan presiden, sebaiknya menunggu pilpres, April 2019," tandasnya seraya menyertakan pedoman Jurnalisme Positif dalam format PDF.

Terpisah, Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia, Gaudensius Suhardi menyatakan, di semua media, untuk menentukan penting atau tidaknya sebuah berita untuk dimuat di halaman 1, harus melalui rapat redaksi. "Kebetulan, menurut rapat kemarin itu, yang lebih kuat soal PP 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah Dengan Pekerja Kontrak," ujarnya saat dikontak.

Dia bilang, dalam rapat, berita Reuni 212 juga diusulkan masuk halaman satu. Berita itu kemudian bertarung dengan berita-berita lain. Yang dipertarungkan, mana yang lebih kuat pada kepentingan publiknya. Selain alasan itu, Gaudensius bilang, Media Indonesia juga tak mengangkat Reuni 212 di halaman 1 karena pertimbangan profesional. "Acara Reuni 212 itu kan sudah disiarkan live di TV kan, apanya lagi buat cetak?" beber Gaudensius.

Hal lainnya, mereka juga mempertimbangkan tidak berpengaruhnya pemberitaan itu terhadap oplah surat kabar. Gaudensius yakin, jika Media Indonesia memuat berita itu, tidak akan menambah dan juga tidak mengurangi oplah. "Kan setiap media itu memiliki pangsa pasarnya sendiri," selorohnya. Apakah berita Reuni 212 tidak diangkat karena Media Indonesia pro Jokowi? "Pers itu kan nggak pro ke mana-mana ya. Kalau beritanya bagus ya pasti dimuatlah ya," bantah Gaudensius.

Baca juga : Fayakhun Andriadi Sesali Terima Suap

Sementara Pemimpin Redaksi Koran Sindo Pung Purwanto tidak merespon saat dihubungi via pesan Whatsapp. Pun begitu dengan Pemimpin Redaksi Kompas Ninuk Pambudy. Sementara Wakil Pemimpin Umum Kompas, Rikard Bagun tidak bisa berkomentar. Sebab, urusan pemberitaan adalah urusan redaksi. "Yang proses kan temen-temen di redaksi. Ada rapat (redaksi) biasanya. Karena biasanya halaman depan itu pasti terbatas saja sih (space-nya)," ujarnya saat dikontak, semalam.

Sementara untuk stasiun TV, hanya TV One yang konstan menayangkan peristiwa Reuni 212. TV One mulai menyiarkan peristiwa itu sejak pukul 5 hingga pukul 8 pagi. Setelah itu, selama satu jam, mereka menggelar program Coffee Break. Pukul 9, TV One kembali menyiarkannya hingga pukul 1 siang. Sementara stasiun televisi lain, baru mulai menyorot kegiatan itu di atas pukul 10 pagi.

Tentu saja TV One banjir pujian. Di Twitter, sejumlah tweeps memuji Karni Ilyas, petinggi stasiun televisi itu. Salah satunya, politikus PKS Mardani Ali Sera. "Alhamdulillah. Apresiasi buat @tvOneNews yang senantiasa menyampaikan berita secara elegan & berimbang, dengan nilai berita menguatkan persatuan dalam keberagaman di NKRI, luar biasa berita Aksi Reuni 212 yang dibuat Live. TVone Memang Beda. Wajar rating naik terus @karniilyas," cuit Mardani lewat akun @MardaniAliSera.

"@karniilyas Terima Kasih tvOne telah menyiarkan langsung Reuni 212," imbuh @PutriRinjani007. Akun @RitaTheresia9 juga memuji bedanya TV One dengan stasiun televisi lain yang disebutnya sudah tidak independen. "Terima kasih TVOne sudah live reuni akbar 212. TV yang lain wartawannya sudah tergadai pemiliknya sudah melacurkan program siaran sesuai syahwat penguasa. Media hantu nggak punya harga diri jauh dari kata profesional apalagi independent #mediabunuhdiri," tulisnya me-reply akun Twitter MetroTV.

"Hanya TVOne yang angkat 212, TV lain tampaknya tidak anggap ini luar biasa," imbuh @DesaKita2. Akun @AbunaimB sampai mendoakan TV One mendapatkan Panasonic Global Award, penghargaan untuk stasiun televisi. "Ayo kita dukung dan kita menangkan tvOne di Panasonic Global Award, hadiah telah menyiarkan Reuni 212," tulisnya sembari menautkan @karniilyas. Menanggapi pujian-pujian itu, Karni Ilyas membalasnya dengan rendah hati. "Dear pemirsa TV One, Terima kasih atas semua atensi dan apresiasi. Sesungguhnya kami hanya menjalankan tugas jurnalistik; memberitakan peristiwa yang terjadi di ruang publik. Tidak lebih," ujar Karni lewat akun Twitter-nya, @karniilyas.

Tidak laku di dalam negeri, Reuni Akbar 212 justru laku disantap media-media asing. Beberapa media asing seperti Anadolu Agency, Southeast Asia, Strait Times, DW, dan AFP. Anadolu Agency, media Turki, menjadikan peristiwa ini sebagai headline portal beritanya. Mereka memberi judul "Indonesia: Millions Gather for Anti-Government Rally".

Baca juga : Garasi Rumah Kiki Hasibuan, Dijadikan Tempat Parkir

Sedangkan Southeast Asia dalam judul beritanya, menyebutkan puluhan ribu umat muslim konservatif berdemonstrasi di Jakarta. "Banyak dari mereka berpakaian putih dan membawa bendera Islam, mulai berkumpul di Monumen Nasional Jakarta dari sekitar pukul 3 pagi untuk melakukan sholat," tulis Straitstimes dalam tubuh beritanya.

Sementara itu, DW menyebut reuni 212 di Jakarta sebagai unjuk kekuatan kelompok Islam Indonesia. AFP News Agency dalam jejaring resmi Youtube-nya menuliskan reuni ini berlangsung dengan damai. Menanggapi fenomena ini, Anggota Dewan Pers Hendri Bangun berpendapat, tiap media memiliki agenda masing-masing. Jadi, media membuat, mengangkat, dan membesarkan berita sesuai dengan agendanya. "Dalam hal ini, itu adalah cermin dari agenda atau sikap bagaimana mereka memandang peristiwa. Saya kira itu wajar, ya," ujar Hendri kepada Rakyat Merdeka.

Meski begitu, Hendri mengingatkan masyarakat berhak mempertanyakan kebijakan media. Sebab, koran populer biasanya mengangkat hal yang sedang ramai di media sosial. "Yang jadi perbincangan, di Twitter, Instagram, Facebook," imbuhnya. Tetapi dia kembali mengingatkan, media juga punya kebijakan sendiri yang sudah ditentukan perusahaan.

Jadi, meski dari sisi nilai berita peristiwa Reuni 212 tinggi, tidak berarti semua media mau mengangkatnya sebagai headline atau isu utama. Hendri juga meminta masyarakat tak reaksioner terhadap media. Untuk mengambil kesimpulan agenda suatu media, misalnya soal pemberitaan 212 ini, masyarakat bisa mengeceknya lewat pemberitaan-pemberitaan media itu dalam kurun waktu 3 hingga 4 bulan sebelumnya. [OKT/NNM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.