Dark/Light Mode

Rem Penurunan Muka Tanah

Stop Bikin Bangunan Bertingkat Di Jakut..!

Rabu, 8 September 2021 06:45 WIB
Ilustrasi pekerja menyelesaikan pembangunan di Jakarta Utara, Minggu (5/9/2021). (Foto: (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
Ilustrasi pekerja menyelesaikan pembangunan di Jakarta Utara, Minggu (5/9/2021). (Foto: (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)

 Sebelumnya 
Untuk mempercepat program penyaluran air bersih, paparnya, dibutuhkan penataan perkampungan di Jakarta. Sayangnya, penataan belum optimal. Hal itu disinyalir dipengaruhi legalitas lahan yang diduduki oleh warga masih lemah. Banyak di antaranya merupakan hasil okupansi atas tanah yang terbuka, telantar, dan terabaikan. Padahal, air PAM juga hanya bisa diberikan kepada warga yang tinggal di lahan yang legal.

Selain penataan kampung, menurutnya, untuk mengerem penurunan permukaan tanah, harus segara ada pengurangan beban bangunan bertingkat di Kawasan Jakut. Hal itu bisa dilakukan dengan moratorium pembangunan gedung baru dan penghentian secara tegas kegiatan reklamasi.

Baca juga : Jaga Kelestarian Alam, CCEP Tanam 1500 Bibit Mangrove di DKI Jakarta

Hal itu menjadi lebih baik jika disertai pembangunan waduk baru untuk menampung air. Termasuk untuk suplai atau cadangan air baku yang ditunjukkan untuk penduduk Jakut. “Revitalisasi kawasan pantai, muara, perbanyak hutan bakau, jangan bangun beton dan tanggul di perairan Jakarta,” tambah Nirwono.

Tiru Belanda

Baca juga : Citilink Digadang Geser Induk Di Holding Aviasi

Peneliti Madya Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tubagus Solihuddin menyebut, terdapat dua ancaman yang menyebabkan Jakarta rawan dan berpotensi tenggelam. Yakni, perubahan iklim dan penurunan tanah. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), masalah perubahan iklim menyebabkan El Nino atau musim kering panjang dan La Nina, yakin musim hujan panjang dengan intensitas semakin meningkat.

Perubahan iklim lainnya adalah kenaikan muka air laut hingga tahun 2100 yang diperkirakan mencapai 0,8 sampai 1 meter. Perubahan iklim ini akan berimplikasi terhadap intensitas gelombang ekstrem. Tercatat hampir setiap tahun Jakarta mengalami banjir rob akibat gelombang ekstrem dan pasang purnama. Gelombang juga berdampak terhadap pengikisan pantai, robohnya tanggul, dan semakin meluasnya daerah abrasi.

Baca juga : Kemnaker Temukan 2 CPMI Tanpa Paspor Mau Diberangkatkan Ke Singapura

Penyebab lain yang tak kalah bahaya yakni penurunan muka tanah. Ini akibat pengembangan wilayah dan pemanfaatan sumber air tanah berlebihan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heri Andreas dkk, dari Institute Teknologi Bandung (ITB) menyebut, Kota Jakarta mengalami penurunan tanah dengan intensitas 1-20 centimeter (cm)/tahun. Bahkan, di beberapa lokasi ada yang mencapai 25 cm/tahun, dengan rata-rata laju penurunan tanah sekitar 15 cm/tahun. Kini, sudah 14 persen daerah Jakarta berada di bawah rata-rata muka air laut dan akan terus meningkat jika tak ada tindakan pencegahan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.