Dark/Light Mode

Kepala BIN Soroti Naiknya

Pertamax, Tapi Pertalite Tidak Naik Pemerintah Pro-Wong Cilik

Senin, 4 April 2022 06:35 WIB
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jendral Polisi (Purn) Budi Gunawan. (Foto: Istimewa).
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jendral Polisi (Purn) Budi Gunawan. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Senada disampaikan Wakil Ketua Komisi VII DPR, Eddy Soeparno. Politisi PAN ini menilai, kenaikan harga BBM jenis Pertamax sebuah keniscayaan. Karena tidak mungkin kaum mampu jadi beban pemerintah.

“Jangan sampai mereka yang punya mobil bagus dan pakaian keren isi BBM-nya justru Pertalite. Apa nggak malu?” kicau Eddy, di akun Twitter miliknya, @eddy_soeparno, kemarin.

Eddy menilai, kebijakan pemerintah ini juga bisa mengurangi beban keuangan Pertamina dalam menyalurkan Pertamax.

Baca juga : Ujian Kesabaran Datang Bertubi-tubi

Di hubungi terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai kenaikan harga Pertamax tidak akan menimbulkan inflasi. Soalnya, mayoritas pengguna Pertamax adalah perorangan, bukan industri. Berbeda misalnya dengan solar yang dipakai truk untuk mengangkut pasokan barang ke masyarakat. Ketika harga solar naik, akan diikuti kenaikan harga barang. Begitu juga dengan Pertalite yang dipakai angkutan umum. Jika harganya naik, tarif transportasi juga naik.

“Kalau Pertamax tidak begitu. Kecil peluang kenaikan Pertamax mendongkrak inflasi secara signifikan. Pembeli Pertamax hanya perseorangan kelas menengah ke atas, efek domino kenaikannya hanya berhenti di mereka saja. Tidak kemana-mana,” kata Piter, kemarin.

Piter menjelaskan, porsi konsumsi Pertamax terhadap keseluruhan BBM juga relatif kecil dibanding Pertalite dan jenis BBM lain. Karena itu, ia menilai, kenaikan harga Pertamax merupakan pilihan yang bijak di tengah kondisi yang kurang kondusif saat ini. “Ini keputusan bijak. Keputusan tersebut sengaja diambil dengan lebih mempertimbangkan agar tidak berdampak terlalu besar terhadap masyarakat, khususnya kelompok bawah,” ujar Piter.

Baca juga : Netizen: Hadiah Dari Pembalap Kok Diatur Pemerintah

Selain itu, kenaikan Pertamax yang hanya menjadi Rp 12.500, juga meminimalisasi potensi peralihan (shifting) dari Pertamax ke Pertalite. “Karena dengan harga segitu, mungkin masih ada shifting. Tapi mayoritas kelas menengah ke atas tidak akan beralih. Mereka lebih sayang dengan mobil mewah mereka,” katanya.

Senada disampaikan pengamat ekonomi dan energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi. Kata dia, keputusan Pertamina menaikkan harga jual Pertamax sudah tepat dan bijak. Apalagi naiknya hanya Rp 3.500 per liter. “Ini sudah bijak dan tepat,” tutur Fahmy.

Fahmy menilai, pertimbangan saat ini sudah komprehensif, tidak semata-mata pertimbangan bisnis semata. Termasuk juga pertimbangan kepedulian terhadap daya beli masyarakat yang harus tetap terjaga, karena saat ini bersamaan dengan momen Ramadan dan Lebaran. “Karena itu, selain tepat, saya juga menyebut bahwa keputusan ini adalah keputusan bijak. Tidak akan mendongkrak inflasi dan membebani rakyat kecil,” pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.