Dark/Light Mode

Prof Tjandra Yoga Aditama

Hari Kesehatan Sedunia: Planet Kita, Kesehatan Kita

Rabu, 6 April 2022 20:53 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Dok. Pribadi)
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Dok. Pribadi)

 Sebelumnya 
Awal April 2022 ini, WHO mengeluarkan database tentang konsentrasi Nitrogen Dioksioda (NO2), suatu polutan di daerah urban yang merupakan salah satu faktor dalam terbentuknya partikulat di udara serta ozon.

Selain NO2, kita sudah mengenal penghitungan partikel yang ukurannya di bawah 10 μm (PM10) dan juga yang ukurannya 2.5 μm (PM2.5).

Data dari 117 negara yang secara teratur memonitor kualitas udanya menunjukkan bahwa udara di 17 persen kota di negara berpenghasilan tinggi ternyata masih ada dibawah standar sehat WHO untuk kadar PM2.5 atau PM10.

Baca juga : Jangan Panik Dengan Varian Baru, Bisa Saja Itu Cuma Fenomena Di Virus

Sementara pada negara berpenghasilan rendah dan menengah maka hanya sekitar 1 persen kotanya yang kadar kesehatan udaranya sesuai dengan standar WHO.

Bukti ilmiah dampak buruk polutan juga terus berkembang, bahkan pada keadaan yang kadar polusinya tidak terlalu tinggi. Bahan partikulat di udara, khususnya PM2.5, dapat masuk dalam sekali ke paru-paru kita. Lalu menyebar melalui peredaran darah.

Hal ini dapat menimbulkan gangguan pada sistem kardiovaskular dengan berbagai jenis penyakit jantungnya, penyakit serebovaskular (stroke dll) serta gangguan pada paru dan sistem respirasi.

Baca juga : RI Mau Booster Kedua? Prioritaskan Lansia, Nakes, Dan Orang Dengan Gangguan Sistem Imun

NO2 berhubungan dengan berbagai penyakit paru dan pernapasan, seperti asma bronkial. Juga, menyebabkan berbagai keluhan respirasi seperti batuk, bising mengi, sesak napas, dan lain-lain. Selain itu, tidak jarang pula menyebabkan seseorang harus dirawat di rumah sakit karenanya.

Sekitar 4.000 kota di dunia di 74 negara mengumpulkan data NO2 dari lapangan secara akurat dan berkala. Hasilnya menunjukkan, hanya sekitar 23 persen orang yang tinggal di kota-kota ini yang menghirup udara yang kadar NO2-nya masih dalam batas-batas normal.

Penyebab dan Penanggulangan

Baca juga : Korset Kesehatan, Solusi Diet Sehat Masa Kini

Pada dasarnya keputusan politik, sosial dan ekonomi kitalah yang ikut menyebabkan terjadinya krisis lingkungan hidup dan krisis kesehatan. Selain polusi udara yang dibahas di atas, suhu bumi yang makin panas menyebabkan vektor pembawa penyakit seperti nyamuk, menyebarkan penyakit lebih cepat lagi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.