Dark/Light Mode

Jumlah Perokok Terus Naik

YLKI Minta Iklan Rokok Di Internet Dilarang

Jumat, 3 Juni 2022 19:40 WIB
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. (Foto: Ist)
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, Indonesia darurat konsumsi rokok. Menurut Tulus, berdasarkan hasil riset Global Adult Tobacco Survey (GATT), konsumsi rokok di Indonesia terus bertambah.

Sepanjang 2011-2021 jumlah perokok dewasa meningkat 8,8 juta orang. Sehingga, saat ini jumlah perokok mencapai 69,1 juta dari semula 60,3 juta perokok.

“Artinya 25 persen masyarakat Indonesia adalah perokok,” kata Tulus saat jumpa pers Refleksi Hari Tanpa Tembakau se-Dunia dan merespon Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS), Jumat (3/6).

Baca juga : Ekspor Tembus Rekor Tertinggi, Airlangga: Ekonomi Indonesia Kian Tangguh

Mirisnya, lanjut Tulus, dari Data Badan Pusat Statistik (BPS )2021 terkuak jika masyarakat Indonesia lebih banyak membelanjakan uangnya untuk konsumsi rokok. Jauh di atas produk padi padian, sayur sayuran, ikan, udang, telur, susu, daging, dan lain-lain.

“Jadi konsumsi rokok mengalahkan konsumsi bahan pangan yang bergizi,” ujarnya.

Karena itu, tak heran jika masih banyak ditemukan kasus stunting atau gizi buruk di negeri ini. Tak hanya itu, tingginya jumlah perokok ini juga diikuti oleh melambungnya penderita penyakit tidak menular.

Baca juga : Jumlah Pemudik Yang Naik KA Tahun Ini Bakal Lebih Tinggi Dari Lebaran Tahun 2019

Data hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit kanker menjadi 1,8 persen dari sebelumnya 1,4 persen pada 2013, stroke 10,9 persen dari sebelumnya 7 persen pada 2013, prevalensi ginjal kronis 3,8 persen dari sebelumnya 2 persen pada 2013 dan penyakit diabetes melitus 8,5 persen dari sebelumnya 6,9 persen pada 2013.

“Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular ini dipicu oleh pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak sehat, dan konsumsi rokok menjadi pemicu utamanya,” kata Tulus.

Melonjaknya konsumsi dan jumlah perokok ini, menurut hasil GATS, lantaran iklan dan promosi rokok di media internet kian gencar. Jika pada 2011 iklan rokok di internet hanya 1,9 persen saja, maka pada 2021 iklan rokok di internet menjadi 21,4 persen.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.