Dark/Light Mode

Bangkitkan Optimisme Masyarakat

Pesimisme Bisa Membuat Resesi Benar-benar Nyata

Selasa, 25 Oktober 2022 06:35 WIB
Ilustrasi resesi ekonomi. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi resesi ekonomi. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Versi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Indonesia masuk dalam negara aman dari resesi. Namun, persiapan dalam menghadapi resesi tetap harus dilakukan.

Mantan Menkeu Chatib Basri menilai, pesimisme dapat membuat resesi benar-benar melanda Indonesia. Dia merujuk buku karya ekonom asal Inggris, John Maynard Keynes, ‘The General Theory of Employment, Interest and Money’.

“Ekonom terbesar abad 21, John Maynard Keynes, memperkenalkan sebuah konsep yang disebut animal spirits,” ujarnya, seperti dikutip dari akun Instagram @chatibbasri, Minggu 23 Oktober 2022.

Dalam buku tersebut, Keynes mengatakan, keputusan ekonomi ditentukan keputusan rasional dan juga psikologis. Salah satu yang ditentukan adalah ekspektasi.

Baca juga : GoTo Financial Dan OJK Hadirkan Kembali Edukasi FinanSiap

Alhasil, jika seorang investor memiliki ekspektasi atau anggapan resesi akan terjadi ke depan, dia akan memutuskan tidak melakukan investasi. Hal itu akan mengakibatkan kegiatan agregat mengalami penurunan.

Ketika mengalami penurunan, ucap Chatib, orang tidak akan tertarik berinvestasi, sehingga yang terjadi, pertumbuhan ekonomi semakin melambat.

“Terjadilah backwash effect yang akhirnya bisa membawa akibat kepada resesi,” ujarnya.

Tidak hanya berlaku pada investor, konsep tersebut juga berkaitan dengan keputusan atau perilaku konsumen.

Baca juga : Bazaar Sembako Murah OK OCE Terus Digelar

Menurut Chatib, konsumen akan meningkatkan tabungannya jika memiliki anggapan bahwa resesi akan terjadi.

Dampaknya, tingkat belanja akan menurun. Lebih jauh, situasi tersebut akan berimbas pada penurunan permintaan agregat. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat dan akhirnya akan terjadi resesi. “Itu yang disebut paradox of thrift,” tutur Chatib.

Dalam konteks ini, kata Chatib, Keynes menyarankan agar Pemerintah meningkatkan belanjanya. Langkah itu akan meningkatkan daya beli. Salah satu strategi yang bisa dilakukan, yakni menyalurkan bantuan sosial untuk masyarakat kelompok bawah.

Ekonom senior Faisal Basri mengatakan, Indonesia memang menjadi salah satu negara yang aman dari resesi. Namun, itu semua bukan karena Pemerintah yang hebat.

Baca juga : Bantu Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Perpusnas Gelar Literasi Kopi

“Indonesia itu aman dari resesi bukan karena hebat, tapi less connected terhadap apa yang terjadi di dunia,” kata Faisal.

Faisal menuturkan, Indonesia akan menghadapi tantangan berat, meski ada kemungkinan tidak mengalami resesi. Contohnya, sulit membayar utang dalam mata uang asing karena dolar AS sudah tembus Rp 15 ribu.

“Jadi, beban utang naik, bunga, belum ditambah cicilan. Cicilan itu bisa dibayar dengan utang lagi, gali lubang tutup lubang, tapi kalau bunga nggak bisa,” ucap Faisal.

Bahkan, dia memprediksi, bayar bunganya bisa melonjak lebih dari 20 persen dari total pengeluaran Pemerintah Pusat. “Itu sudah berat,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.