Dark/Light Mode

Tiap Hari Gempa, Apa Yang Harus Dilakukan?

Surono: Alam Tuan Rumahnya, Kita Tamunya

Senin, 12 Desember 2022 06:40 WIB
Ahli geofisika Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono atau Mbah Rono. (Foto: Istimewa).
Ahli geofisika Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono atau Mbah Rono. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Tiap hari, gempa datang silih berganti. Hari ini di daerah ini, besok di daerah lain. Seperti tanpa henti. Memang, tidak semua gempa mengakibatkan korban yang begitu banyak, seperti yang terjadi belum lama ini, di Cianjur, Senin (21/11) yang lalu. Data terakhir gempa Cianjur menewaskan 334 orang.

Kenapa akhir-akhir ini gempa sering terjadi? Bahaya apa yang mengintai bangsa ini? Dan, apa yang harus kita lakukan untuk jaga-jaga? Rakyat Merdeka mewawancarai Surono, ahli geofisika tersohor yang juga mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), untuk menjawab semua pertanyaan yang begitu mengkhawatirkan itu. Berikut penuturannya:

Kenapa belakangan ini sering terjadi gempa ya Pak? Ada apa sebenarnya ini?

Sebetulnya tatanan tektonik Indonesia ini unik, ada pertemuan tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Pasifik di sebelah timur Indonesia. Itu yang membuat Indonesia menjadi rawan gempa.

Baca juga : Sinar Mas Salurkan Bantuan Kemanusiaan

Apa ada faktor lain?

Selain itu, Indonesia juga memiliki gunung api terbanyak di dunia, ada 126. Tetapi, panas bumi kita juga menjadi banyak, ada 25 Gigawatt potensi elektrik panas bumi di Indonesia.

Di balik bencana, ada berkah yang tersimpan juga ya. Begitu maksudnya Pak?

Iya. Bumi Indonesia memang diciptakan ideal lah, ada siang malam. Satu sisi memang berkah luar biasa. Kalau nggak ada gunung api, nggak ada kesuburan. Dengan letusan gunung api, panoramanya jadi indah dan tanahnya subur. Di Semeru ada Apel Malang, di Merapi ada Salak Pondoh, dan lainnya.

Baca juga : Ini Daftar Kuliner Nusantara Yang Disajikan Saat Makan Siang KTT G20

Itu berkahnya ya Pak. Kalau kita bicara musibahnya, akibat gempa maupun letusan gunung api membuat banyak korban yang tewas, bangunan hancur. Ini bagaimana mengantisipasinya ya Pak?

Kan dari dulu ada gempa. Gempa juga nggak ngejar orang. Gempa nggak ngejar sentimen orang. Yang membunuh itu adalah infrastrukturnya. Makanya, dari dulu nenek moyang kita sudah membuat rumah tahan gempa. Pondasinya tidak ditanam. Seperti Rumah Gadang, Rumah Sunda dan rumah tradisional di berbagai daerah lainnya. Nenek moyang kita sudah memahami dari dulu. Masyarakat di Simeulue, Aceh misalnya. Itu semua teriak smong, kalau air laut tiba-tiba surut. Ada banyak contoh di daerah lain juga.

Setelah Sesar Cimandiri yang memicu gempa Cianjur, ramai juga dibahas soal Sesar Lembang. Ini Jawa Barat ini posisinya seperti apa ya Pak?

Di Jawa Barat ini banyak sesar, ada Sesar Lembang, Sesar Cimandiri, dan lain-lain. Tapi, di daerah rawan gempa, longsor, enak itu. Karena banyak airnya, maka banyak manusia yang tinggal di sini juga banyak.

Baca juga : Menpora Pastikan SGBT Layak Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Peran BMKG dan lembaga terkait lainnya dalam memetakan dan memitigasi dampak dari gempa, apa sudah maksimal?

Sebetulnya, BMKG hingga Pusat Studi Gempa Nasional sudah melakukan apa yang dia lakukan. Bikin peta gempa sudah, tapi itu nyampe nggak? Kan, sekarang otonomi daerah, ini menjadi konsideran enggak dalam tata ruangnya.

Ini jadi pertanyaan saya juga.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.