Dark/Light Mode

HUT Mega Ke-76

Puan: Dari Mama Aku Belajar, Kebenaran Akhirnya Menang

Senin, 23 Januari 2023 09:21 WIB
Puan Maharani (kiri) dan ibunda tercinta, Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) foto bareng Presiden Jokowi (kedua kiri) dan Ibu Iriana dalam acara G20 di Bali, November 2022. (Foto: Instagram)
Puan Maharani (kiri) dan ibunda tercinta, Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) foto bareng Presiden Jokowi (kedua kiri) dan Ibu Iriana dalam acara G20 di Bali, November 2022. (Foto: Instagram)

 Sebelumnya 
Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Ir Sukarno, Megawati Sukarnoputri didukung untuk menjadi Ketua Umum PDI.

Namun, rezim Soeharto yang tak menyetujui dukungan tersebut, menerbitkan larangan mendukung pencalonan Mega dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Berbanding terbalik dengan keinginan peserta KLB.

Secara de facto, Mega dinobatkan sebagai ketum DPP PDI periode 1993-1998.

Sehingga, pada Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di Jakarta, Mega dikukuhkan sebagai Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure.

Konflik internal PDI terus terjadi, hingga Kongres di Asrama Haji Medan pada 22-23 Juni 1996.

Baca juga : PBB Ikut Senang

20 Juni 1996, para pendukung Mega berunjuk rasa hingga bentrok dengan aparat keamanan, yang menjaga kongres.

15 Juli 1996, pemerintah Souharto mengukuhkan Suryadi sebagai Ketum DPP PDI. Akhirnya, pada 27 Juli 1996, pendukung Mega menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.

Setelah itu, muncul rombongan berkaus merah kubu Suryadi, yang bentrok dengan kubu Megawati Sukarnoputri.

Peristiwa tersebut dikenal dengan Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau disingkat menjadi Peristiwa Kudatuli.

Usai peristiwa tersebut, PDI di bawah pimpinan Suryadi hanya memperoleh 11 kursi DPR.

Baca juga : Intip Keseruan Retno Marsudi Momong Cucu Di Kebun Binatang Ragunan

Karena pemerintahan Soeharto lengser pada reformasi 1998, PDI di bawah pimpinan Mega semakin kuat.

Mega yang ditetapkan sebagai Ketum DPP PDI periode 1998-2003 pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali kemudian mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1 Februari 1999. Agar partai berlambang banteng itu dapat mengikuti pemilu.

Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.

Kongres I PDI Perjuangan (PDIP) digelar di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jawa Tengah pada 27 Maret-1 April 2000. Mega pun dikukuhkan sebagai Ketum DPP PDIP periode 2000-2005.

Posisi tertinggi di partai itu disandang Mega hingga hari ini. Kongres V PDIP di Bali pada 8-10 Agustus 2019, mengukuhkan Mega sebagai Ketum PDIP periode 2019-2024.

Baca juga : Relawan Puan Gelar Senam Asik Bareng Warga Sumedang

Saat ini, PDIP menargetkan kemenangan di Pemilu 2024, untuk mencetak hattrick tiga kali berturut-turut sejak Pemilu 2014.

PDIP dinilai punya potensi yang besar untuk meraih kemenangan pemilunya lagi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.