Dark/Light Mode

Prof. Tjandra: Polusi Udara Kita Sangat Serius, Perlu Terobosan Out Of The Box

Minggu, 3 September 2023 09:22 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Seluruh Indonesia (PDPI) Prof. Tjandra Yoga Aditama terus menyoroti tingginya angka polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.

Menurut data iQAir per Minggu (3/9/2023) pukul 09.23 WIB, indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 162. Kategori merah, tidak sehat.

Angka ini sama dengan peringkat 1 Kampala, Ibu Kota Uganda. Unggul tipis dari Kuching Malaysia (155), Lahore Pakistan (155), dan Kuala Lumpur Malaysia (153).

Konsentrasi polutan PM2,5 dilaporkan mencapai angka 77 µg/m³. Atau setara 15,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Baca juga : Para Pejabat Rame-rame Batuk

Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara menyampaikan empat pandangannya. Pertama, secara umum - baik untuk polusi udara atau masalah kesehatan lain -, setiap negara tidak harus 100 persem mengikuti WHO.

"Masing-masing negara dapat menentukan kriteria sendiri, demikian juga kebijakan kesehatan lain. Kebijakan kesehatan kita, juga tidak semua sama persis dengan rekomendasi WHO," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Minggu (3/9/2023).

Kedua, mengenai kadar PM 2.5 versi WHO, Prof. Tjandra menjelaskan, angka yang sekarang dipakai adalah angka baru.

Dengan angka ini, sekitar 90 persen anak-anak di dunia terpapar dengan polusi di atas ambang batas WHO.

Baca juga : Ratusan Ribu Warga DKI Terjangkit ISPA

Ketiga, negara lain juga punya ambang batas yang berbeda.

Publikasi AQLI 29 Agustus 2023 tentang India, antara lain menyebutkan, tingginya kadar polusi udara tahun 2021, ternyata berkontribusi terhadap dampak penurunan rentang usia (life span) penduduk New Delhi. Angkanya menjadi lebih pendek 11,9 tahun, jika menggunakan batas aman menurut WHO.

Analisis lain, bila menggunakan data standar polusi nasional India, penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup hingga 8,5 tahun.

Keempat, menggunakan standar apa pun juga,  situasi polusi udara kita sudah sangat serius.

Baca juga : Lestari: Atasi Polusi Udara, Butuh Sinergi Dan Mitigasi

Sehingga, yang jauh lebih penting  sekarang ini, adalah melakukan upaya terobosan out of the box. Agar polusi dapat segera terkendali.

"Supaya dampak jangka pendek yang sudah telanjur terjadi, tidak menjadi dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan," pungkas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.