Dark/Light Mode

Kalau Assalamu’alaikum Diganti Salam Pancasila, Keblinger...

Sabtu, 22 Februari 2020 06:59 WIB
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi. (Foto: Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka)
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi. (Foto: Rizki Syahputra/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah heboh kasus “agama musuh pancasila”, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi jadi bahan perbincangan lagi terkait “Assalamu’alaikum” dan Salam Pancasila.” BPIP memastikan, tak pernah melempar wacana akan mengganti ucapan salam yang biasa disampaikan orang islam itu, dengan Salam Pancasila.

Kehebohan soal Assalamu’alaikum akan diganti Salam Pancasila itu, mulai merayap di jagat Twitter, sejak tiga hari lalu. Entah siapa yang pertama kali melambungkannya di dunia maya. Namun, kian hari kian menggema. Sampai kemarin, sejumlah situs berita online masih menurunkan polemik itu.

Kehebohan ini bermula saat Yu­dian diwawancara Detik.com yang dipublikasikan 12 Februari lalu. Video wawancara ini tersebar luas. Durasi­nya cukup panjang. Sekitar 40 menit. Video wawancara ini yang menjadi rujukan situs berita online.

Isi wawancara ini sebenarnya bia­sa saja. Bagi sebagian orang awam mungkin bikin dahi berkerut lanta­ran temanya yang berat. Topik yang dibahas, antara lain problem kebang­saan termutakhir dan praktek nilai­-nilai Pancasila. Juga menceritakan strategi BPIP membumikan nilai Pancasila.

Di bagian-­bagian akhir wawancara, Yudian kemudian mengungkapkan soal Salam Pancasila sebagai salah satu cara mewujudkan persatuan di tengah kemajemukan. Saat itu, Yudian merespons pemandu acara yang bertanya mungkinkah nilai­ nilai mantan Mendikbud Daud Joesoef diterapkan oleh pejabat sekarang? Si host menceritakan bahwa Daud ada­ lah seorang muslim asal Aceh. Tapi selama mejabat Mendikbud periode 1978­-1983, tak pernah mengucapkan Assalamu’alaikum di hadapan publik.

Yudian lalu menjawab panjang lebar. Menceritakkan macam­-macam salam yang pernah muncul dalam pertemuan resmi di republik ini. Awalnya, kata dia, ucapan yang lumrah adalah selamat pagi. Kemudian setelah reformasi berganti menjadi Assalamu’alaikum. Kemudian muncul fenomena salam lima agama yang belakang ternyata menyimpan peroalan juga.

Baca juga : Kemendagri Gelar Aksi Membumikan Pancasila di 22 Kampus

“Kalau salam, harus lima atau enam (sesuai jumlah agama yang diakui di Indonesia). Ini kan jadi masalah baru lagi sebenarnya. Sekarang, sudah ditemukan oleh Yudi Latif atau siapa begitu, yang namanya Salam Pancasila itu,” kata Yudian.

Menurut dia, memang perlu ada ke­ sepakatan nasional terkait ucapan salam di acara publik. Misalnya, Salam Pan­casilia. Karena sulit misalnya mengganti Assalamu’alaikum dengan Shalom. Karena akan bikin ribut dan sensitif.

Nah, omongan itu yang kemudian disorot publik. Yudian dianggap ingin mengganti Assalamu’alaikum dengan Salam Pancasila. Tuduhan itu makin kuat lantaran entah sepaket atau tidak, BPIP memang tengah mempromosikan Salam Pancasila.

Hal itu merujuk pada video Salam Pancasila yang diunggah BPIP di akun Youtube miliknya. Video yang diunggah 16 Januari itu memperlihatkan Plt Kepala BPIP Hariyono menceritakan seluk beluk soal Salam Pancasila. Video berdurasi satu menit itu dibuka dan ditutup dengan Salam Pancasila. Di tayangan itu ditulis “Salam Pan­casila adalah salam kebangsaan yang di­modifikasi­ dari ­Salam ­Merdeka­ yang­ diperkenalkan Ir Soekarno melalui maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945”.

Menyikapi polemik ini, BPIP langsung bergerak cepat. Direktur Komunikasi BPIP, Aris Heru Utomo mengeluarkan rilis panjang. Dua halaman lebih.

Dalam rilis berkop surat Garuda dan BPIP itu, dirinci isi lengkap wa­wancara Yudian dengan Detik.com, 12 Februari 2020. Khusus terkait beragam salam di negeri ini.

Baca juga : KLHK Dalami Kerusakan Lingkungan Dalam Revitalisasi Monas

Setelah membeberkan wawancara utuh itu, Aris menyatakan, tidak ada satupun narasi Yudian yang menyatakan penggantian Assalamu’alaikum de­ ngan Salam Pancasila. Dia juga memastikan, BPIP tidak pernah mengusulkan penggantian Assa­lamu’alaikum dengan Salam Pancasila.

Menurut dia, yang disampaikan Yu­dian dalam wawancara itu adalah me­ngenai kesepakatan­kesepakatan nasional mengenai tanda dalam bentuk salam dalam pelayanan publik, dalam kaitan ini kesepakatannya adalah Salam Pancasila.

“Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan, diperkenalkan untuk menumbuhkan kembali semangat ke­ bangsaan serta menguatkan persatuan dan kesatuan yang terganggu karena menguatnya sikap intoleran,” kata Aris, kemarin.

Sebelum keluar rilis BPIP ini, di jagat dunia maya memang sangat heboh. Kritikan pedas dilayangkan ke BPIP dan Yudian. Waketum Gerindra, Fadli Zon yang terkenal galak langsung beraksi. Fadli menuding kerja Yudian hanya bikin kegaduhan.

“Lembaga ini memang layak dibu­barkan. Selain membuat kegaduhan nasional juga berpotensi menye­lewengkan nilai­nilai Pancasila itu sendiri,” cuit Fadli Zon di akun Twitter miliknya.

Mantan Presiden PKS, Tifatul Sem­biring ikut memanasi juga memancing netizen lainnya. “Bagaimana kalau kita usul Prof ini supaya diganti. Yang setuju ngacung,” ujarnya. Cuitan Tifatul itu mendapat banyak sambutan. Banyak yang setuju meski ada juga yang tak sepakat.

Baca juga : Golkar Ajak Mayarakat Jadikan Pancasila Sebagai Dasar Pembangunan

Di dunia nyata juga tak kalah panas. Sekjen MUI, Anwar Abbas menilai, ucapan Yudian kurang proporsional. Dia bilang, konstitusi menjamin umat untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Jadi kalau ada orang mau ucapkan Assalamu’alaikum, itu sah­-sah saja. Sesuai dengan Sila Per­ tama Pancasila dan konstitusi. “Kami harap agar pernyataan pejabat tidak membuat gaduh di masyarakat,” kata Anwar, kemarin.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamduddin enggan mengo­mentari soal ini. Menurut dia, apa yang disampaukan Yudian persoalan sepele. “Nggak perlu saya tanggapilah. Nggak akan diperhatikan umat juga,” kata Din, usai menjadi narasumber di kawasan Senayan, Jakarta, kemarin.

Bagaimana reaksi netizen sete­lah BPIP mengeluarkan rilis yang membantah ingin mengganti Assa­lamu’alaikum dengan Salam Pancasila? Berubah? Atau tetap ngegas? [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.