Dark/Light Mode

Positif Corona Nambahnya Ribuan

Jokowi Dagdigdug

Kamis, 11 Juni 2020 08:03 WIB
Presiden Jokowi (kanan) saat mengunjungi kantor dan Gugus Percepatan Penanganan Covid-19  disambut Ketua Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Rabu (10/6). (Foto: Jokowi)
Presiden Jokowi (kanan) saat mengunjungi kantor dan Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 disambut Ketua Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Rabu (10/6). (Foto: Jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di saat warga merasa sudah merdeka dari corona, jumlah pasien yang positif corona dalam tiga hari terakhir nambahnya gila-gilan: ribuan orang. Presiden Jokowi dagdigdug, khawatir gelombang kedua muncul.

Kemarin, Jokowi mengunjungi Kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dia tiba sekitar pukul 11 siang. Tampil dengan kemeja putih berpadu masker abu-abu, Jokowi disambut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, di lobi depan Graha BNPB.

Ini kunjungan pertama Jokowi ke Kantor Gugus Tugas Covid-19. Biasanya, Jokowi berkomunikasi dengan cara virtual, lewat konferensi video dari Istana Kepresidenan. Di sana, Jokowi juga memimpin video conference bersama para kepala daerah. Dia mengingatkan, tugas besar menghadapi virus corona belum selesai meskipun pemerintah sudah menyiapkan fase new normal atau ke normalan baru. “Ancaman Covid masih ada, kondisi masih dinamis,” tegas Jokowi.

Jokowi menunjukkan data, kasus di daerah masih fluktuatif. Ada daerah yang kasus barunya turun, bahkan nihil. Tapi juga ada daerah yang kasus barunya meningkat. “Jangan sampai terjadi gelombang kedua, second wave,” harapnya.

Baca juga : Ini Akibat Amburadulnya Protokol Kesehatan Di Pasar Tradisional

Dua hari lalu, Indonesia untuk pertama kali mencatatkan angka kasus baru mencapai ribuan per hari. Tepatnya 1.043 kasus. Kemarin, jumlah kasusnya melesat lagi. Mencapai 1.241 kasus. Jawa Timur menjadi daerah penyumbang kasus harian terbanyak. 273 kasus. Penyumbang kasus terbanyak kedua Sulawesi Selatan (189). Diikuti DKI Jakarta (157), Jawa Tengah (139), dan Kalimantan Selatan (127).

Di tengah semakin banyaknya daerah yang ingin beralih menuju new normal, Jokowi mengingatkan, kepala daerah agar berkonsultasi terlebih dahulu dengan Gugus Tugas. Dia bilang, tim yang dikomandoi Doni Monardo itu punya data dan fakta lengkap yang bisa dijadikan acuan sebelum new normal diberlakukan.

“Bicarakan dulu dengan Gugus Tugas. Datanya seperti apa, pergerakannya seperti apa, faktanya seperti apa? Karena saya lihat data di sini ada semua,” imbaunya.

Jokowi ingin tahapan sebelum memberlakukan new normal dilalui dengan ketat dan hatihati. Tidak sembarangan. perkembangan data epidemiologi, tingkat kepatuhan masyarakat, hingga kesiapan manajemen di daerah harus diperhatikan.

Baca juga : KPK Soroti Rendahnya Capaian Pajak DKI

“Kemudian juga hitung kesiapan daerah dalam pengujian yang massif, pelacakan yang agresif, kesiapan fasilitas kesehatan yang ada, ini benar benar harus kita hitung dan pastikan,” tegas dia.

Skala prioritas juga harus diperhatikan. Tidak semua sektor sosial ekonomi, bisa langsung dibuka. Semuanya harus dilakukan secara bertahap. “Tidak langsung buka 100 persen. Bebe rapa daerah sudah melakukan dibuka dulu 50 persen, dibuka dulu separuh,” imbuhnya.

Jokowi menyebut, sektor ekonomi dengan tingkat penularan rendah namun punya dampak ekonomi tinggi, harus jadi prioritas untuk dibuka. Seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, industri, manu faktur, konstruksi, logistik, transportasi barang, perminyakan dan pertambangan.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng Mohammad Faqih mengingatkan, penerapan new normal harus memenuhi indikator epidemiologis dan pedoman yang telah ditetapkan pemerintah. Tidak boleh dipaksakan. “Mana kota yang sudah siap, itu yang diberlakukan new normal,” kata Daeng, kepada rakyat Merdeka, tadi malam.

Baca juga : 7 Pedagang Positif Corona, Pasar Cileungsi Ditutup

Anggota Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay, menduga ada dua faktor penyebab meningkatnya kasus positif baru Covid-19. pertama, karena adanya pelonggaran PSBB atau new normal ini Kedua, karena semakin masifnya rapid test yang dilakukan pemerintah. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.