Dark/Light Mode

Komisioner KPAI Retno Listyarti

Ortu Bokek, Sekolah Online Memberatkan

Selasa, 21 Juli 2020 07:05 WIB
Tangkapan layar Komioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti saat jadi pembicara di acara Ngopi Pagi yang diadakan Rakyat Merdeka, Senin (20/7).  (Foto: Facebook)
Tangkapan layar Komioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti saat jadi pembicara di acara Ngopi Pagi yang diadakan Rakyat Merdeka, Senin (20/7). (Foto: Facebook)

 Sebelumnya 
Berbeda dengan anak-anak masih masih hidup dalam keluarga dengan kelas ekonomi menengah. Merekalah yang terlayani dengam PJJ daring saat ini. “Mereka punya kuota, punya guru les, sehingga tertolong. Ini menunjukkan bahwa disparitas pendidikan kita lebar banget. Ini sudah terjadi sebelum pandemi. Setelah pandemi semakin terlihat nyata.”

Terkait masalah ini, Retno mengaku sudah menyampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama, maupun di level Kemdikbud dan Kemenag. “Menag hadir. Kalau Mendikbud diwakili Dirjen Dikdasmen,” ingatnya.

Baca juga : Dokter Reisa: Ganti Masker Setelah 4 Jam Dipakai

Kendati demikian, lanjut Retno, PJJ di kondisi sekarang masih harus dilakukan. Karena, ia tidak yakin kapasitas dan sistem kesehatan yang dimiliki Indonesia mampu meng-handle anak-anak yang terpapar corona dalam jumlah besar. Sekarang saja, anak-anak yang meninggal karena Covid-19 di Indonesia sudah yang tertinggi di Asia Tenggara.

Berbeda dengan negara-negara maju, Italia contohnya. “Jumlah kasusnya, melampaui Indonesia. Tapi ternyata tidak ada korban jiwa dari anak-anak. Misalnya Italia,” kata Retno, mencontohkan.

Baca juga : MPR dan DPD Sepakat Saling Menguatkan

Untuk mendeteksi sumber penularan virus jika sekolah dibuka juga tidak mudah. Apakah terpaparnya di sekolah, di rumah, di perjalanan; angkot atau kendaraan umum atau dimana. “Kalau tertular dari keluarga, gampang mendeteksinya,” sambung dia.

Hal yang harus didorong ke depan, yakni dibuatkan modul oleh pemerintah untuk sekolah daring ini. Modul itu, kata dia bisa dibikin jika kurikulumnya disederhanakan. “Kalau gak, guru harus mengejar ketercapaian kurikulum. Bebannya tinggi,” kata Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia ini.

Baca juga : Komisioner KPU Sumsel Lempar Bola ke KPU Pusat

Selain itu, jam belajar juga harus diperpendek. Lalu jangan memindahkan jam belajar di sekolah ke rumah. “Kalau dipindahkan ke rumah, siswa harus berjam-jam, harus pakai seragam pula. Apa esensinya pakai seragam di dalam rumah?,” tanya dia, keheranan.

Menurutnya, PJJ tidak harus selalu daring. Bisa digabung. Sayangnya, ketika memasuki fase kedua, tidak ia tidak melihat adanya perubahan yang dilakukan, baik oleh Kemdikbud maupun Kemenag. “Kami sudah bersurat ke Presiden untuk menggratiskan internet dan mulai melatih guru,” tandas Retno. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.