Dark/Light Mode

Erick Beli 290 Juta Vaksin Corona, Presiden Senang

Selasa, 25 Agustus 2020 06:32 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir. (Istimewa)
Menteri BUMN Erick Thohir. (Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah melaporkan keberhasilannya memborong 290 juta vaksin corona dari China dan Uni Emirat Arab (UEA) ke Presiden Jokowi. Dan, Presiden pun senang dengan capaian tersebut.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat memimpin rapat terbatas terkait laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.

Di hadapan para menterinya, Jokowi bilang Indonesia telah mendapatkan komitmen pengadaan 290 juta dosis vaksin corona hingga tahun 2021.

“Tadi saya mendapat laporan dari Bu Menlu (Retno Marsudi) dan Pak Menteri BUMN (Erick Thohir). Sampai 2021, kita sudah kurang lebih mendapatkan komitmen 290 juta (vaksin corona). Itu sebuah jumlah yang sangat besar,” ungkap Jokowi.

Tentu, angka ini membuat dirinya senang dan bangga. Dengan jumlah vaksin hingga 290 juta, Indonesia menjadi negara pertama di ASEAN yang memiliki stok vaksin terbesar.

Mengingat, masih ada negara lain yang mungkin belum mendapat komitmen, bahkan hanya 1 juta dosis vaksin pun. Belum lagi dengan vaksin yang nanti akan dibuat secara mandiri.

Baca juga : Belasan ASN Positif Corona, Kementan Lockdown Gedung C

Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman bersama Bio Farma tengah berupaya menciptakan vaksin secara mandiri.

“Nanti, ketika vaksin Merah Putih kita ketemu, kita bisa memproduksi lebih banyak. Kalau memang apa yang kita miliki ini berlebih dari yang ingin kita gunakan, ya tidak apa dijual ke negara lain. Di ASEAN saja, saya lihat belum ada yang siap dengan vaksin sebanyak yang saya sampaikan,” ujar Jokowi.

Untuk diketahui, demi mendapatkan vaksin corona, Erick bersama Retno terbang ke China dan Uni Emirat Arab, pekan lalu.

Hasilnya sangat memuaskan. Indonesia berhasil membuat kesepakatan untuk pembelian vaksin. Indonesia mendapat komitmen ratusan juta dosis vaksin hingga akhir 2021.

Retno merincikan total komitmen vaksin yang didapat. Dari kedua negara tersebut, hingga akhir tahun ini saja, Indonesia mendapat 20-30 juta dosis vaksin.

Berlanjut di kuartal I 2021 sebanyak 80-130 juta dosis. Kemudian di kuartal II-IV, baik China maupun UEA meneken komitmen penyediaan 210 juta dosis vaksin.

Baca juga : Erick: Bukan Sekadar Beli Tapi Ada Transfer Ilmunya

“Dengan demikian, kalau kita bicara angka 2021, maka angka yang dapat kita secure adalah 290-340 juta vaksin,” terang Retno dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden, kemarin.

Ada dua pendekatan yang digunakan pemerintah untuk menyediakan vaksin Covid-19: jangka panjang dan pendek. Jangka pendek bekerja sama dengan China dan UEA.

Sedangkan jangka panjangnya melalui kemandirian nasional dengan mengembangkan Vaksin Merah Putih.

Sementara itu, Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio menargetkan, akan menyerahkan bibit vaksin ke Bio Farma sekitar Februari-Maret 2021. Proses selanjutnya adalah uji klinis fase I, II, dan III.

“Jadi ketika sudah selesai dari Eikjman bisa langsung diproses Bio Farma tanpa penyesuaian yang terlalu banyak. Platform ini sudah dikuasai dan dikenal industri dalam hal ini oleh Bio Farma,” tutur Amin.

Kata dia, uji klinis fase I sampai III bisa dimulai kuartal II 2021 hingga akhir tahun. Jika tak ada aral melintang, Amin pede vaksin Covid-19 karya anak bangsa bisa diproduksi massal awal tahun 2022.

Baca juga : Kantor Menkumham Ditutup Sementara

Vaksin ini berbeda dengan CoronaVac yang diproduksi Sinovac. Saat ini, Vaksin Merah Putih sampai pada tahap protein rekombinan. Amin menyebut proses ini sangat sulit. Sebab, proses ini merupakan pondasi utama membuat vaksin.

Selain itu, vaksin juga harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain dilihat dari sudut imunitas pengguna, yaitu diharapkan hanya sekali suntik dan antibodi bertahan seumur hidup.

“Kita menikmati prosesnya saja, meskipun proses ini sudah banyak diperpendek. Karena kalau kita lihat pengalaman vaksin-vaksin lalu, skala laboratoriumnya ada yang 10 tahun. Kita upayakan secepat mungkin tidak sampai setahun selesai. Satu tahun berikutnya uji klinik dan sebagainya,” ungkap Amin.

Seperti diketahui, Indonesia bekerja sama dengan perusahaan asal China Sinovac, terkait pengembangan vaksin Covid-19. Saat ini, vaksin tengah dikembangkan Bio Farma, dan memasuki fase uji klinis tahap III.

Selain dengan Sinovac, pemerintah juga menjalin kerja dengan G42, perusahaan artificial intelligence yang bermarkas di Abu Dhabi, UEA. Kerja sama melibatkan dua perusahaan BUMN, Kimia Farma dan Indofarma.

Nota kesepahaman (MOU) tersebut ditekankan pada penerapan alat deteksi Covid-19 berbasis laser di Indonesia, kesepakatan kapasitas serta pengembangan produksi vaksin, farmasi, dan kerja sama yang luas di bidang layanan kesehatan, termasuk pula riset dan distribusi. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.