Dark/Light Mode

Gerakan Ciliwung Bersih Ajak Masyarakat Belajar Olah Sampah Melalui Safari TOSS

Kamis, 3 September 2020 16:57 WIB
Ketua Badan Eksekutif Gerakan Ciliwung Bersih Peni Susanti/Foto: Merry Apriyani
Ketua Badan Eksekutif Gerakan Ciliwung Bersih Peni Susanti/Foto: Merry Apriyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan perusahaan startup comestoarra.com mengedukasi masyarakat soal pengolahan sampah lewat program Safari TOSS “Journey to The East” (JTE) pada 1-20 September 2020.

Bekerja sama dengan PT PLN (Persero), PT Indonesia Power dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk akan melakukan seminar, serta pelatihan dengan mengunjungi 15 lokasi implementasi TOSS (Tempat Olahan Sampah di Sumbernya) di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan secara daring. 

Ketua Badan Eksekutif GCB Peni Susanti mengatakan, kapasitas Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di sejumlah wilayah semakin kritis. Bahkan sejumlah TPA mengalami bencana seperti longsor yang terjadi di TPA Cipeuncang, Tangerang Selatan, pada awal 2020 dan kebakaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo, Akhir 2019.

Baca juga : Shinzo Abe: Banyak Masalah Yang Belum Saya Selesaikan

“Perlu sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS,” jelas Peni.

TOSS merupakan metode pengelolaan dan pengolahan sampah berbasis komunitas. Tujuannya merubah paradigma pemilahan proses pengolahan sampah. Melalui metode peuyeumisasi (biodrying), bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari (tergantung material sampah).

Menurut penggagas TOSS dan juga Komisaris Utama comestoarra.com Supriadi Legino pemilahan sampah tersebut dilakukan dengan cara, sampah dimasukkan ke dalam box bambu yang mampu menampung sampah 500 kilogram hingga 1 ton sampah.

Baca juga : Semua Pihak Harus Duduk Bersama Agar Manfaat Dana Otsus Papua Makin Terasa

Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik serta residu.

“Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya,” terang Supriadi.

Menurut Ketua Pelaksana Safari TOSS dan CEO dari Comestoarra.com, Arief Noerhidayat, tujuan Safari TOSS adalah untuk memperlihatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa masyarakat mampu memproduksi bahan baku energi kerakyatan yang bersumber dari material sampah.

Baca juga : Tokocrypto Ajak Masyarakat Jajal Investasi Kripto

Arief menyatakan, bahwa saat ini kompor pelet dan juga gasifier hasil dari olahan pemilahan sampah telah diproduksi secara terbatas untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan serta program CSR yang didukung penuh oleh PT PLN (Persero), PT Indonesia Power dan juga PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

“Hasilnya, comestoarra.com berhasil menjuari PGN Startup Competition 2019, meraih penghargaan Australia Award 2019, delegasi Waste to Energy di Denmark pada 2018, serta seminfinalis SIPA Grant Challenge di Columbia University pada 2017,” jelas Arief.

“Pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang mendorong terbangunnya ekonomi sirkular diharapkan akan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dalam upaya mengurangi sampah yang belakangan ini kian menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat secara luas,” tambah Diektur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang. [MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.