Dark/Light Mode

Transformasi Pariwisata (Seharusnya) Di Tengah Pandemi

Selasa, 20 Oktober 2020 23:47 WIB
Dr. Tantan Hermansah
Dr. Tantan Hermansah

 Sebelumnya 
Contoh ada sebuah daerah yang menawarkan pemandangan luar biasa: indah, eksotis, dan mengagumkan. Ketika daerah itu mulai dinikmati para pelancong lokal (maupun mancanegara), maka ide-ide baru timbul untuk memberikan pengalaman lebih kepada para pelancong itu. Sehingga pelancong atau wisatawan itu bisa mendapatkan nilai tambah dari kunjungan ke destinasi tersebut. Model atau tipologi pertama ini contohnya adalah Bali, Raja Ampat, dan berbagai destinasi yang ada di Indonesia (dan tentu dunia).

Kasus kedua adalah sebuah daerah yang sebaliknya: tidak indah dan juga tidak mengagumkan. Lalu datang seorang tourism creator. Merujuk kepada baseline data, lalu dibangun infrastruktur menuju ke destinasi. Kemudian daerah tersebut disentuh dengan tawaran pengalaman baru kepada calon wisatawan. Termasuk beragam program yang menawarkan berbagai keunikan pengalaman.

Baca juga : Hari Pangan Sedunia Dan Pahlawan Pangan Di Tengah Pandemi

Untuk model kedua biasanya memang harus ada upaya-upaya yang lebih khusus, tidak sekedar pelayanan. Upaya-upaya itu antara lain promosi besar-besaran dan juga undangan-undangan kepada para wisatawan untuk mendapatkan pengalaman baru dalam berwisata. Model kedua contohnya adalah Dubai, Maroko, dan sebagainya. Para kreator sukses mengubah gurun tandus menjadi destinasi yang ramai dan mampu menawarkan pengalaman berbeda kepada pelancong.

Kedua model atau pendekatan tersebut di atas terbukti sukses dalam dunia pariwisata. Tinggal kita pilih yang mana. Meskipun sepertinya bertentangan secara tajam sebenarnya terlihat bahwa ada irisan yang kuat, yang kemudian mendorong hidupnya pariwisata. Irisan tersebut ada kreativitas.

Baca juga : Iran Akui 2 Lembaga Pemerintahnya Dihajar Serangan Siber

Sebagaimana ide, kreativitas dalam bidang pariwisata adalah darah yang akan memastikan keberlangsungan dan keberlanjutan pariwisata ini. Tanpa “darah” ini maka destinasi tertentu hanya akan viral ketika selesai diluncurkan (launching) dan setelah itu menjadi biasa saja. Tanpa kreativitas yang merupakan jiwa dari industri ini, kita sudah sering melihat bahwa kawasan wisata hanya teronggok begitu saja dengan pengunjung hanya karyawannya.

Kejadian bagaimana kawasan pariwisata yang nir-kreativitas itu dan akhirnya teronggok tak berdaya itu, ditemukan pada kawasan yang dikelola oleh pemerintah, masyarakat, dan atau swasta. Apalagi jika kita melihat kenyataan bahwa para pelancong yang ada masih miskin edukasi. Akibatnya banyak kawasan atau destinasi wisata mengalami proses kehancuran.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.