Dark/Light Mode

Lumbung Di Kalteng Gagal Panen

Prabowo Dicari-cari

Rabu, 3 Februari 2021 05:40 WIB
Menteri Pertahanan, Letjen (Purn) Prabowo Subianto. (Foto: Humas Kemenhan)
Menteri Pertahanan, Letjen (Purn) Prabowo Subianto. (Foto: Humas Kemenhan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Proyek lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dibangga-banggakan Presiden Jokowi, tidak berjalan mulus. Proyek yang dikoordinir oleh Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dikabarkan gagal panen.

Proyek lumbung pangan di Kalteng sudah dicanangkan Jokowi, sejak Juli tahun lalu. Saat itu, Jokowi bersama Prabowo dan Syahrul Yasin Limpo mengunjungi langsung lokasi yang bakal dijadikan tempat menanam padi dan singkong. Lahan yang dipakai untuk lumbung pangan ini mencapai 60 ribu hektar. Sebagian ditanami singkong, sebagian lagi ditanam padi.

Setelah 6 bulan proses cocok tanam berlangsung, harusnya bulan ini waktunya melakukan panen. Meskipun berhasil panen, namun hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan. Gabah kering yang dihasilkan tiap hektar sawah yang ditanam, hanya mampu menghasilkan 2 ton saja. Padahal targetnya, tiap hektar menghasilkan 4-5 ton gabah kering.

Baca juga : Gunung Merapi Kembali Muntahkan Awan Panas Guguran, Jarak Luncur 2 Km

Kegagalan ini diakui oleh sejumlah petani di Pulau Pisau, Kalteng. Penyebab kegagalan, yakni proses penanaman yang dilakukan lebih cepat dari jadwal. Selain itu, bibit padi yang disediakan pemerintah dianggap tidak cocok untuk kultur tanah di daerah tersebut.

Tidak tercapainya target panen ini, juga dibenarkan oleh sejumlah politisi di Senayan. Anggota Komisi IV DPR, Endro Hermono mengakui, mendapatkan informasi hasil produksi di lahan food estate di Kalteng alami penyusutan.

“Kami dapat informasi, bahwa produksi food estate Kalimantan Tengah tidak sesuai dengan yang diharapkan, malah terjadi penurunan produktivitas dibandingkan dengan sebelum program food estate,” ungkap legislator Gerindra ini.

Baca juga : Luhut Dicari-cari

Hal senada juga disampaikan anggota Komisi IV DPR, Julie Sutrisno Laiskodat. Kata dia, sejumlah petani di salah satu kawasan food estate mengeluhkan produksinya yang justru turun. Info yang dia terima, hal itu karena perubahan pola tanam mengikuti anjuran pemerintah.

“Sebelumnya 2 kali menjadi 3 kali dalam setahun. Sehingga tidak sesuai dengan kebiasaan petani setempat, dan mengakibatkan panen mereka tidak maksimal,” ungkap politikus Nasdem itu.

Wakil Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi menyebut, program food estate telah memakan banyak anggaran. Progresnya harus diawasi dengan baik. Misalnya, terkait potensi keberhasilan dan tingkat produksi, termasuk risiko kegagalan guna dilakukan mitigasi dan evaluasi.

Baca juga : Prabowo Digebuk Nyalla

“Perlu penjelasan yang komprehensif terkait food estate yang merupakan pilot project pengelolan pertanian berbasis teknologi dan guru bagi perkembangan pertanian di daerah lain. Karena di situ ada alokasi anggaran yang cukup besar. Jadi, harus betul-betul dapat perhatian secara khusus,” beber legislator Golkar itu.

Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengakui, target 3 kali tanam yang diminta Kementerian Pertanian kurang tepat. Karena biasanya, petani di sana hanya 2 kali tanam. Sekali tanam jika menggunakan bibit lokal.

Dalam persoalan ini, Dwi menyebut ada dua faktor. Pertama, iklim. Kedua, varietas.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.