Dark/Light Mode

1,5 Tahun Corona

Yang Kaya Nambah Yang Kere Nambah

Minggu, 8 Agustus 2021 08:05 WIB
Daftar 10 orang terkaya di Indonesia terbaru menurut Forbes. (Foto: Istimewa/mediaasuransinews)
Daftar 10 orang terkaya di Indonesia terbaru menurut Forbes. (Foto: Istimewa/mediaasuransinews)

 Sebelumnya 
Konglomerat lainnya yang juga hartanya meningkat adalah Eddy Kusnadi Sariaatmadja dengan total kekayaan 3,6 miliar dolar AS atau Rp 52,2 triliun. Dalam sehari, kekayaannya bertambah 71 juta dolar AS (Rp 1,03 triliun). Total kekayaan pria berusia 67 tahun ini naik dibandingkan dengan posisi awal tahun 2021 lalu yang tercatat 3 miliar atau Rp 43,5 triliun.

Sementara nama-nama konglomerat tajir lainnya, tidak jauh berbeda dengan rilis yang disampaikan Forbes sebelumnya. Misalnya, nama Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono yang masih berada di urutan teratas dengan harta kekayaan 38,8 miliar dolar AS atau mencapai Rp 558 triliun. Lalu ada keluarga Widjaja dengan harta 11,9 miliar dolar AS atau sekitar 171 triliun. Kemudian, Prajogo Pangestu dengan total kekayaannya 6 miliar dolar AS atau Rp 86 triliun. Keempat, ada Anthoni Salim dengan kekayaan 5,9 miliar dolar AS atau Rp 84 triliun.

Baca juga : Perangi Corona, Home Credit Vaksinasi Karyawan Dan Warga Kebagusan

Bagaimana dengan orang miskin? Berdasarkan laporan yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin saat ini mencapai 27,54 orang. Angka ini naik 1,12 juta orang dibandingkan Maret 2020. Jika dipersentasikan, angka kemiskinan masih dobel digit, yakni 10,19 persen.

Kenapa yang kaya nambah? Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menjelaskan, orang kaya banyak muncul dari sektor digital dan komoditas. Menurutnya, orang kaya pandai memanfaatkan momentum booming digital selama pandemi. Sehingga, menghasilkan, valuasi perusahaan digital yang besar.

Baca juga : Perpanjangan PPKM, Syarat Naik Kereta Api Tak Berubah

“Ada yang mendadak masuk deretan atas karena punya saham bank digital misalnya. Di sektor komoditas, mereka lebih memanfaatkan booming karena faktor eksternal, seperti naiknya permintaan batubara dan kelapa sawit secara global.” ungkap Bhima saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam.

Selain itu, para konglomerat juga memiliki strategi untuk cepat mengalihkan modalnya dari sektor yang rugi ke sektor yang banyak menghasilkan cuan. Meski itu terbilang sebagai keistimewaan mereka.

Baca juga : Pandemi Corona Dongkrak Harga Timah

Sementara soal jumlah orang miskin, kata dia, tak lepas dari dampak pandemi yang sudah berlangsung 1,5 tahun. Banyak yang sebelumnya berstatus pekerja, tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaannya. Ada juga yang usahanya bangkrut, karena sulitnya mencari pembeli.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.