Dark/Light Mode

FGD Soal Covid Dengan Sekum Muhammadiyah

Awalnya, Gagap-Gugup Kini, Semakin Membaik

Rabu, 11 Agustus 2021 07:30 WIB
Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama Rakyat Merdeka, Senin (9/8/2021). (Foto: Dok. RM.id)
Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam Focus Group Discussion (FGD) bersama Rakyat Merdeka, Senin (9/8/2021). (Foto: Dok. RM.id)

 Sebelumnya 
Meskipun harus menghadapi perbedaan pandangan terkait pandemi di lapangan, Muhammadiyah, sebut Mu’ti, tetap mengedepankan dialog. “Yang setuju silakan, yang nggak setuju silakan. Tapi, kita harus saling menghormati satu sama lain,” sarannya.

Terkait penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah, Mu’ti mengakui, sudah jauh menunjukkan perbaikan. Pemerintah, katanya, makin ke sini, makin terbuka dengan masukan dan kritik yang datang dari masyarakat. Termasuk kritik dan saran yang datang dari Muhammadiyah.

“Saya sempat menyampaikan langsung kepada Pak Presiden, bahwa di awal pandemi ini, pemerintah ini kok gugup, gagap dan gedebak-gedebuk,” ungkapnya, sambil terkekeh. “Ini belum ada di kamus,” katanya merujuk ke kata-kata gedebak-gedebuk.

Baca juga : Kebijakan Pemerintah Awal Pandemi Masih 3G: Gagap, Gugup, Dan Gedebak-gedebuk

Ia menjelaskan, gugup yang dimaksud adalah pemerintah terkesan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemudian gagap dalam hal arah komunikasi. Ketiga, gedebak-gedebuk. Yaitu pokoknya ke sana ke mari, tapi tak tahu apa yang harus dilakukan.

“Ini kok seperti pating selontet, istilah bahasa Jawa. Artinya, ibarat main musik, semua alat musik dimainkan, dipukul tapi tidak menghasilkan harmoni,” katanya, tertawa lagi.

Namun, kekurangan yang ada, lanjut dia, kini sudah mulai diperbaiki. Komunikasi dan konsistensi yang dilakukan pemerintah sudah berjalan baik. Pemerintah juga mulai merangkul semua kalangan, termasuk ormas untuk ikut serta menangani Covid-19 ini.

Baca juga : Cara Sekum Muhammadiyah Antisipasi Hoaks di Tengah Pandemi

“Meskipun kasus aktif masih tinggi, tapi kita lihat, sekarang kecenderungannya menurun. Kita harus apresiasi ini. Better late than never-lah. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali,” ujarnya.

Terakhir, Muk’ti menyampaikan, saat ini Muhammadiyah mulai menyusun program post pandemi Covid-19. Anak-anak yang menjadi yatim-piatu selama pandemi sedang didata untuk diberikan pendampingan hidup. Termasuk juga menyiapkan kembali tenaga kesehatan dari Muhammadiyah yang telah gugur terpapar Covid-19.

“Bagi Muhammadiyah sebenarnya tidak susah. Kami memiliki 14 fakultas kesehatan di kampus kami. Hanya memang menyiapkan dokter itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar,” pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.