Dark/Light Mode

Anaknya Sekolah Tatap Muka

Nadiem Hampir Menangis

Minggu, 3 Oktober 2021 07:40 WIB
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. (Foto: Istimewa)
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Saat ini, baru 40 persen sekolah di seluruh Indonesia yang melakukan PTM. Menurut Nadiem, angka ini masih sedikit. Padahal dalam data yang dimiliki Kemendikbud Ristek, sudah ada 60 persen sekolah yang sudah boleh melakukan PTM.

Nadiem mengaku, kadang kesal dan marah sampai harus gebrak meja saat mengetahui ada sekolah yang belum menerapkan PTM dengan alasan mencegah penularan Covid-19. Padahal, sekolah tersebut tak punya sarana dan prasarana yang cukup untuk melakukan PJJ. Koneksi internet buruk, smartphone terbatas, dan lainnya.

Baca juga : KY Soroti Maraknya Perbuatan Merendahkan Kehormatan Hakim di Jateng

“Harusnya daerah tidak melakukan itu,” ucap Nadiem.

Beberapa daerah tampaknya masih khawatir saat akan membuka sekolah dan menerapkan PTM. Kekhawatiran itu memang beralasan. Apalagi masih ada satu dua sekolah yang saat dibuka terjadi penularan Covid-19. Kasus teranyar terjadi di SDN Gendongan 1, Salatiga, Jawa Tengah. Sebanyak 6 siswa dilaporkan terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca juga : Jangan Salah, Stunting Dan TBC Bukan Cuma Persoalan Warga Miskin

Menghadapi kekhawatiran terjadi penularan Corona di sekolah, pemerintah tak tinggal diam. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebut, sudah ada dua strategi yang dibikin pemerintah untuk mencegah penularan di sekolah, yaitu strategi protokol kesehatan (perubahan perilaku atau 3M) dan strategi deteksi atau surveilans atau 3T.

Kata Budi, kalau dua strategi ini berhasil, pemerintah akan mereplikasi di aktivitas perdagangan, pariwisata, keagamaan, aktivitas, dan sebagainya. “Kami sadar, pembelajaran tatap muka penting. Ada banyak kerugian kalau PTM terlalu lama ditunda. Karena itu, kita fokus melakukan advanced surveillance,” ujarnya.

Baca juga : Banyak Siswa Tak Pake Masker Dan Cuci Tangan

Jadi, kata Budi, pemerintah akan aktif mencari kasus dengan tujuan deteksi di satuan pendidikan dengan menggunakan metode sampling kecamatan. Selanjutnya, pemerintah akan melakukan tes PCR kepada 30 orang siswa dan 3 orang pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) untuk setiap sekolah yang rutin dilakukan minimal satu kali per bulan.

Kalau positivity rate di bawah 1 persen berarti aman. Kalau 1-5 persen, pemerintah akan melakukan tes terhadap semua anggota rombongan belajar dan mereka akan dikarantina. Sementara kalau dibatas 5 persen, satu sekolah akan dites dan kembali belajar online selama 14 hari. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.