Dark/Light Mode

Tahu-tahu Mati

Rabu, 10 Juli 2019 04:09 WIB
Ngopi - Tahu-tahu Mati
Catatan :
ABDUL SHOMAD

RM.id  Rakyat Merdeka - Minggu pagi, sehabis salat Subuh, saya ikut pengajian. Materi ceramahnya radikal. Bahkan sangat radikal. Menyerang kaum kapitalisme. Menusuk jantung para pemburu rente dan pengepul harta kekayaan. Tentu saja bagi mereka yang tersentuh. Yang tidak tersentuh, tentu saja tidak.

Kata ustaz, meski teknologi sudah sangat canggih, ada satu rahasia yang tidak bisa diketahui. Meski dunia sudah memasuki era revolusi industri 4.0, satu misteri ini masih tak bisa terpecahkan. Apa itu? “Kematian,” kata ustaz yang tampangnya jauh dari kesan radikal itu.

Baca juga : 5 Tahun, Kacamata Kuda

Apa sebab? Kematian ini, lanjut ustaz, tak seorang pun tahu. Kapan, di mana dan dengan cara apa kita akan mati. Yang pasti, kata ustaz itu, kematian pasti datang. Kepada siapa pun. Kaya-miskin, pejabat-rakyat jelata, jenderal- kopral, pasti mati. Kematian juga datang tepat pada waktu dan tempatnya. 

Tak ada yang bisa mendahulukan, atau bahkan mengakhirkan. Pun caranya, dengan dilalah sakit, kecelakaan, atau tanpa sakit pun. Kematian pasti datang. Termasuk umur. Bukan patokan. Ada bayi baru brojol, beberapa jam atau hari kemudian meninggal. Ada yang sudah tua renta dan sakit-sakitan, tapi masih tetap hidup. Ada anak muda, lagi semangat- semangatnya cari duit, eh…tau-tau mati (meninggal).

Baca juga : Ngutang Buat Mudik

Ada politisi, lagi sigap-sigapnya ikut kontestasi demokrasi, eh… begitu hajatan politik usai, mati gantung diri. Ada yang lagi seregep-seregepnya bela jagoannya di pilpres, eh… tau-tau dilarikan ke rumah sakit dan tidak tertolong lagi.

Sebelum menutup kajiannya, ustaz ini mengingatkan jemaahnya. Kematian bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ditakuti pun, kematian pasti datang. Kematian harus dihadapi dan dipersiapkan. Kata dia, supaya kematian kita tidak sia-sia, dan menghadap Tuhan dengan baik, maka gunakanlah harta yang kita miliki di jalan Allah.

Baca juga : Status Tersangka Menanti

Ingatlah, kata dia, harta kita yang hakiki sesungguhnya cuma dua. Makanan dan pakaian yang kita pakai dan harta yang sudah kita infaqkan di jalan Allah. Kendaraan, baik butut ataupun yang mewah sekali pun, sejatinya bukanlah harta kita. Tabungan, baik sedikit ataupun banyak juga hakiki bukan milik kita.

Semua harta kekayaan yang belum dan tidak diinfaqkan di jalan Allah adalah kepemilikan semu. Hanya titipan Tuhan. Dalam kajiannya, tentu saja ustaz ini mengutip ayat-ayat al-Quran dan juga hadis-hadis nabi. Artinya, ada referensinya. Tak asbun. Saya menyimak saja, sambil menahan sisa-sisa kantuk. Kematian benar-benar rahasia Tuhan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :