Dark/Light Mode

Berani Lawan WTO, Bahlil Dipercaya Jokowi Jadi Benteng Hilirisasi Indonesia

Kamis, 24 Agustus 2023 16:12 WIB
Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)
Bahlil Lahadalia (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menegaskan, kebijakan hilirisasi di Indonesia terus berlanjut, meski kalah gugatan dari World Trade Organization (WTO) atas kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel.

Presiden Jokowi kembali menginstruksikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk melawan tekanan dari WTO maupun negara-negara Uni Eropa.

Instruksi Presiden Jokowi ke Menteri Bahlil untuk melawan WTO terkait hilirisasi ini mendapat dukungan penuh dari Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtaruddin.

Menurut Mukhtaruddin, kebijakan hilirisasi adalah hak Indonesia yang tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun, termasuk WTO.

“Yang jelas kita tentu akan bersama-sama pemerintah tentunya satu misi, satu visi dalam rangka kita menghadapi gugatan WTO itu, karena terus terang memang persaingan untuk hilirisasi ini memang cukup menjadi sorotan dunia, ketika kita ingin mendorong hilirisasi di Indonesia,” kata Mukhtaruddin kepada wartawan, Kamis (24/8).

Menurut politisi Partai Golkar ini, Menteri Bahlil sebagai benteng utama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin harus berani melawan tekanan WTO. 

Baca juga : Bamsoet Apresiasi Komitmen Jokowi Subsidi Kendaraan Listrik di Indonesia

Sebab, hampir seluruh negara-negara barat saat ini merasa terganggu dengan kebijakan hilirisasi lantaran mereka memiliki kepentingan atas bahan baku nikel dan bahan mentah lainnya yang dimiliki Indonesia.

“Ketika kita ingin hilirisasi, dunia kan pada marah, terutama yang berkepentingan dengan bahan baku nikel, bauksit dan lain-lain itu merasa terganggu kepentingan industri dalam negerinya, sehingga mereka melakukan gugatan di WTO terkait dengan masalah kita tidak boleh lagi ekspor konsentrat, harus hilirisasi,” bebernya.

Dikatakan Mukhtaruddin, arahan Presiden kepada Menteri Bahlil itu sudah jelas, bahwa Bangsa Indonesia tidak boleh tunduk terhadap WTO soal pengelolaan kekayaan alam Indonesia.

Saat ini, lanjut Mukhtaruddin, Indonesia telah kalah dalam gugatan WTO, namun langkah yang diambil pemerintah untuk banding terhadap WTO harus mendapat dukungan penuh, termasuk Komisi VII DPR RI.

"Nah ini kan harus tetap kita lawan, artinya tetap kita tidak akan goyang dengan posisi kita meskipun kalah di WTO, pengadilan tingkat pertama, tetapi kita lakukan upaya banding dan tentunya ini harus kita dukung, karena terus terang memang ini juga bukan indikasi lagi, ini sangat kuat sekali kepentingan bisnis internasional," ucapnya.

Khususnya, negara-negara penghasil yang berencana juga melakukan transisi energi dari fosil ke green energy

Baca juga : Bamsoet Dorong Pemimpin Bangsa Konsisten Wujudkan Indonesia Maju

"Sehingga ini mengganggu kepentingan mereka,” sambungnya.

Seiring dukungan terhadap upaya banding tersebut, Mukhtaruddin meminta pemerintah melakukan negosiasi dan juga memperkuat argumentasi banding sehingga dapat menang banding melawan WTO.

“Kita dukung sikap pemerintah untuk melakukan upaya banding dengan tetap melakukan upaya-upaya negosiasi, kemudian memperkuat diplomasi dan juga memperkuat argumen hukumnya, sehingga diharapkan kita bisa menang di tingkat banding,” terangnya.

Mukhtaruddin pun memberikan dukungan kepada Menteri Bahlil yang dipercayakan Presiden Jokowi untuk menghadapi tekanan WTO ini agar tidak gentar ataupun mundur.

“Intinya kita tidak boleh mundur dan tidak boleh kita langsung merasa putus asa untuk menghadapi gugatan di WTO kita harus berjuang terus untuk memenangkan itu,” tegasnya.

Menurutnya program hilirisasi sebuah keniscayaan yang harus digenjot oleh pemerintah, pasalnya industri global ke depan akan beralih dari energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi sebuah kebutuhan secara global.

Baca juga : Kadin dan PANDI Dukung Domain .id Jadi Identitas Digital Indonesia

"Kita memperkuat dengan argumentasi hukumnya, kemudian upaya-upaya diplomasi sehingga diharapkan kita bisa memenangkan banding, karena hilirisasi ini merupakan suatu keniscayaan yang harus kita lakukan dalam rangka kita memperkuat industri nasional kita, dan kita punya semua daripada bahan baku untuk transisi energi ke depan yang sustainable energi itu,” jelasnya.

Salah satu kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah saat ini tidak lepas dari keinginan bersama, yakni melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi baterai.

Menariknya, kata Mukhtaruddin, semua bahan baku baterai storage itu ada di Indonesia, hingga kebijakan hilirisasi ini perlu dipertahankan bersama.

“Ini kan pasti kita sudah akan melakukan transisi energi, dari energi fosil ke energi baterai. Kalau di industri baterai energi listrik maka kuncinya adalah baterai storage dan bahan bakunya sebagian besar ada di Indonesia, kita penghasil nikel di dunia, belum lagi bauksit dan lain-lainnya,” paparnya.

Bagi Mukhtaruddin, hilirisasi bukan hanya soal nilai tambah, melainkan juga menyangkut kedaulatan energi Indonesia yang tidak boleh diganggu oleh siapapun.

“Oleh karena itu kita ingin mendorong agar hilirisasi ini tetap diutamakan, diupayakan dengan catatan kita terus melakukan upaya-upaya agar kita tidak diintervensi terus oleh global terkait dengan masalah kedaulatan energi dalam negeri kita,” tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.