Dark/Light Mode

Bikin Koalisi Ke Sana Ke Mari

Parpol Sadar Nggak Ekonomi Lagi Susah

Senin, 20 Juni 2022 07:57 WIB
Ilustrasi parpol-parpol sibuk berkoalisi. (Kantun: Mice)
Ilustrasi parpol-parpol sibuk berkoalisi. (Kantun: Mice)

 Sebelumnya 
Tak hanya sibuk bentuk koalisi dan bahas copras-capres, bos-bos parpol di koalisi pendukung pemerintah malah terlibat saling sindir. Misalnya, Muhaimin Iskandar yang menyentil Ketum PAN, Zulkifli Hasan sebagai menteri kagetan. Ditambah serangan keras dari Ketum NasDem, Surya Paloh yang menyoroti soal migor. Karena kerasnya, kritikan Paloh itu seperti suara yang datang dari pihak oposisi.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengelus dada melihat manuver parpol usai reshuffle. Kata dia, dari  manuver tersebut,  publik sulit berharap persoalan ekonomi bisa diselesaikan dengan baik. Apalagi 3 dari 4 ketum parpol yang ada di kabinet mengurusi persoalan ekonomi. Tiga ketum parpol itu adalah  Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Mendag Zulkifli Hasan, dan Kepala Bappenas/Menteri PPN Suharso Monoarfa.

"Harus diakui, kerja para menteri sudah terbelah. Satu mengurusi ekonomi, satu lagi mengurusi persoalan Pilpres," kata Agung, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.

Baca juga : 7 Parpol Non Parlemen Hadapi Verifikasi KPU

Belum lagi melihat dengan manuver sejumlah menteri yang terkesan mementingkan syahwat politiknya untuk maju sebagai capres. Melihat manuver para menteri dan parpol ini, kata dia, problem ekonomi yang semakin kompleks, akan sulit diselesaikan karena semua sibuk memikirkan 2024.

"Persoalan ekonomi tidak akan jadi prioritas lantaran para menteri sibuk menyusun strategi untuk Pilpres 2024. Sudah terbukti secara empiris dalam peristiwa seminggu terakhir," kata dia.

Agung mengatakan, dalam kondisi seperti ini, Jokowi menghadapi tantangan tak mudah. Jokowi harus  menjaga soliditas koalisi  dan kabinet. "Karena itu, Jokowi harus tampil paling depan dalam memegang komando. Agar para menteri fokus bekerja sekaligus menjaga soliditas koalisi untuk stabilitas politik. Ini butuh penanganan luar biasa," ungkapnya.

Baca juga : Yasonna: Kekayaan Intelektual Sangat Berdampak Pada Pemulihan Ekonomi Nasional

Persoalannya, kata Agung, Jokowi sulit meminta para menteri untuk tidak sibuk mikirin capres. Karena di saat yang sama, Jokowi seperti merestui hal itu. Terlihat dari reshuffle kemarin. Menteri yang dipilih justru dari ketum parpol. Selain itu, menteri-menteri yang sibuk manggung masih aman-aman saja.

Agung mengatakan, Jokowi sepertinya mengharapkan timbal balik dari para ketum parpol ini. Ia memberikan panggung kepada ketum parpol  agar jalan mereka menuju arena Pilpres berlangsung lancar. "Sementara di sisi Presiden Jokowi, kepentingannya agar program-program yang ia jalankan selama ini bisa terus berlanjut (legacy)," paparnya.

Hal senada disampaikan Direktur Celios Bhima, Yudhistira. Kata dia, ancaman gejolak perekonomian sangat nyata. Karena itu, ia berharap pemerintah bisa fokus. Jika menteri sibuk sendiri, tidak fokus, apalagi kinerjanya buruk, perekonomian bisa oleng.

Baca juga : Ngobral Rayuan Demi Dongkrak Pamor Diri

Ia sebenarnya berharap, reshuffle kemarin dilakukan bukan untuk mengakomodasi kepentingan partai koalisi. Pemerintah butuh menteri yang bisa menjaga daya beli dan kebutuhan pokok. "Jabatan menteri mestinya diisi dengan sosok yang betul-betul fokus bekerja. Artinya, bukan yang menggunakan jabatannya untuk safari politik,” pungkasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.