Dark/Light Mode

Di Tengah MK Bacakan Putusan, Mega Bicara Kesetiaan

Selasa, 17 Oktober 2023 09:02 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: Ist)
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Senin (16/10/2023), perhatian publik berpusat pada Mahkamah Konstitusi (MK). Ada yang senang, ada juga yang marah karena akhirnya MK membolehkan kepala daerah yang belum berusia 40 tahun maju sebagai Capres-Cawapres. Nah, di tengah MK sibuk bacakan putusan, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tiba-tiba menyinggung kesetiaan. Ke mana sindiran Mega itu diarahkan, tentunya semua masih menerka-nerka. Kita tunggu saja.

Seperti diketahui, gugatan soal usia Capres-Cawapres di MK ini dikabarkan membuat hubungan PDIP dengan Presiden Jokowi kurang harmonis. Gugatan tersebut dicurigai sebagai upaya untuk memuluskan jalan politik putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

PDIP yang sudah mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres, tentu tak happy dengan gugatan tersebut. Berulang kali, PDIP menyinggung soal kesetiaan.

Kemarin, giliran Mega yang bersuara. Pernyataan Mega itu disampaikan saat meresmikan dan menandatangani prasasti 27 kantor partai PDIP, patung hingga RSUD Soekarno, yang digelar secara hybird di YouTube PDI Perjuangan.

Dalam sambutannya, Mega sempat menyinggung soal kesetiaan para kader PDIP. Awalnya, ia bercerita perjuangan Soekarno yang menjadikan partai sebagai gerakan anak muda di Bandung. Perjuangan itu dilakukan ayahnya sejak usia 16 tahun.

Mega berpesan kepada kader banteng agar tidak berpindah-pindah partai setelah gabung dengan PDIP. "Makanya, ibu minta pada kalian untuk konsekuen. Kalau sudah menjadi anggota partai, jangan melirik-lirik lagi untuk pindah partai. Itu tidak ada dedication of life-nya, dengan demikian maka kita benar-benar menjadi pejuang partai," kata.

Baca juga : Menkumham Tegaskan Pentingnya Akses Keterbukaan Hukum

Presiden ke-5 RI itu  bercerita, ada yang mencoba menghancurkan PDIP, selama 32 tahun. Faktanya, partai berlogo banteng itu tetap eksis, memimpin pemerintahan dua periode. Berbagai ujian  yang datang justru membuat PDIP semakin matang.

Megawati kemudian menyapa DPC PDIP Solo yang dipimpin oleh FX Hadi Rudyatmo atau FX Rudy. "Ah itu dia, ini Kota Surakarta," kata Mega, sembari meminta kondisi DPC PDIP Solo ditampilkan.

"Kota Surakarta, kenapa menyebut ketua DPC-nya, karena itu orang lama. Dia ikut dari PDI, orang brengosan, kalau ngomong seenaknya sendiri. Kalian harus seperti dia, karena senioritasnya dan kesetiaan kepada partai luar biasa," pesannya.

Kata Mega, kesetiaan ini memberi contoh akan kematangan berpolitik untuk tetap mempertahankan sebagai partai pelopor. "Kemudian, NTB sama saja orangnya juga satu leting (angkatan) sama Pak Rudy. Bayangkan masih ada, bayangkan masih ikut. Dalam kematangan ini partai terus, terus, terus membangun kultur partai perlopor," katanya.

"Tau tidak para pelopor? Partai kita terdepan. Orang belum ke rakyat kita terjun ke rakyat. Kalau ketemu orang yang susah kita tolong, orang yang belum makan kita bantu. Itu jempolan, sanggup atau tidak untuk menjalankan itu. Kita harus sanggup," pesan Mega.

Di kesempatan yang sama, Mega juga telah mempertimbangkan sosok Cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Banyak usulan dari sejumlah pihak, karena itu ia meminta para kader untuk bersabar sampai waktu pengumuman tiba.

Baca juga : Golkar Siapkan Calon Bupati Dan Wali Kota

"Saya telah mempertimbangkan dengan matang nanti, siapa sosok yang paling tepat mendampingi Pak Ganjar Pranowo. Sabar aja. Tunggu dari mulut saya. Nanti akan datang siapa pasangannya Pak Ganjar. Masa Ibu salah pilih. Nggaklah," cetusnya.

Selain menyindir kesetiaan kader, Mega juga agak menyinggung soal kepentingan bangsa dan negara yang jauh lebih besar ketimbang kepentingan partai, pribadi, atau bahkan keluarga.

"Itu bukan demi PDIP semata loh. Bukan hanya berkeinginan yang namanya hitungan elektoral saja loh, tapi itu juga bukan kepentingan saya pribadi atau keluarga loh. Jadi saya mencari seseorang pemimpin itu untuk bisa memimpin Republik Indonesia ini dengan baik," tegasnya.

Selain kesetiaan, hal menarik lain dalam agenda peresmian ini adalah tidak hadirnya politisi PDIP yang juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka hingga acara selesai. Padahal, acara dimulai sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB. Adapun peresmian kantor DPC Kota Solo di Jalan Hasanudin Nomor 26, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan.

Diungkapkan Rudy, pihaknya telah mengundang semua kader PDIP di Kota Solo. "Sudah semua (diundang). Karena ini acara kita bersama, semua kader sudah diundang. Urusan datang atau tidak, urusan masing-masing," katanya.

Rudy juga menegaskan, hingga saat ini Gibran masih resmi menjadi kader PDIP. Sekalipun terjadi dinamika, beberapa waktu lalu, yang melirik Gibran menjadi pendamping Capres partai lain. Ia menegaskan bahwa Gibran masih setia sebagai kader PDIP.

Baca juga : Ketika Anak Muda Aceh Bicara Soal Capres Alternatif

"Berbagai dinamika, tidak meragukan kesetiaan Mas Wali terhadap PDIP, tidak pernah berpikir negatif. Saya selalu berpikiran positif dengan Mas Wali dan Wakil, karena keduanya merupakan petugas partai yang mendapat mandat menjadi pimpinan," kata Rudy.

Wakil Wali Kota Solo sekaligus kader senior PDIP Solo, Teguh Prakosa menegaskan, ketidakhadiran Gibran di acara Peresmian Gedung Baru PDIP Solo murni karena tugas sebagai Wali Kota. Ia membantah ketidakhadiran Gibran karena ada agenda politik.

"Ada beberapa hal yang dimohonkan oleh Pemkot Solo untuk beberapa proyek yang ada di Solo. Jadi ketidakhadirannya bukan masalah politik atau MK, tapi lebih pada pekerjaan rutin beliau sebagai Wali Kota Solo. Secara resmi beliau sudah menyampaikan lewat WhatsAPP, diterima Mas Her Suprabu," beber Teguh.

Soal kesetiaan dan kepentingan bangsa, Ketua DPP PDIP Said Abdullah menekankan pentingnya norma etis dan asas kepatutan dalam urusan politik-negara. Said menegaskan, Capres harus bersih dari seluruh beban etis dan asas kepatutan.

"Karena itu, titik awal keberangkatannya harus bersih dari seluruh beban etis dan asas kepatutan. Apalagi terlibat dalam utak atik konstitusi demi kursi kekuasaan," ungkap Ketua Banggar DPR ini.

Said lalu mencotohkan sikap Mega yang tak memaksakan anaknya untuk mendapat karpet merah. "Ibu Mega mengajari kita arti kekuasaan, beliau tidak memaksakan anak-anaknya untuk mendapat karpet merah, dan menyingkirkan halangan apapun demi hal itu," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.