Dark/Light Mode

Belajar Pada Pemilu 1999

Anis: Poros Islam Perparah Perpecahan Politik

Sabtu, 8 Mei 2021 07:37 WIB
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Anis Matta (Foto: Net)
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Anis Matta (Foto: Net)

 Sebelumnya 
Di sana melahirkan sejarah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Presiden Indonesia yang keempat, kemudian Amien Rais sebagai pimpinan MPR.

Menariknya, koalisi Poros Tengah ini justru yang melengserkan Gus Dur, tokoh yang diangkatnya sendiri. “Poros Tengah sukses menghadirkan presiden tapi tidak sukses menghasilkan arah baru,” ujarnya.

Berkaca dari pengalaman itu, Anis menyimpulkan, poros parpol Islam ini tidak produktif. Baginya, penting bagi masyarakat memiliki arah baru tanpa menyoalkan perlu tidaknya poros Islam. “Perlu kata-kata pemersatu bangsa seperti merdeka, atau pembangunan,” ucapnya.

Baca juga : PPP Harap Partai Ummat Perkuat Koalisi Partai Islam Di Parlemen

Hal senada ditegaskan Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelora, Fahri Hamzah. Dia menegaskan, semestinya Indonesia sudah selesai dalam politik identitas. Buktinya, berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Indonesia negara ketiga demokrasi terbesar dan masih bersatu, ini luar biasa,” tambahnya.

Menegaskan pernyataan Ketum Anis Matta, Fahri mengatakan, saat ini perlu adanya imajinasi baru yang membuat bangsa ini mempunyai mimpi baru. Menurutnya, sejarah akan menyelesaikan konflik identitas tadi.

Diplomat senior, Prof Imron Cotan juga sepakat dengan logika yang disampaikan elite Partai Gelora ini. Baginya, semboyan masyarakat seperti Islam Yes parpol Islam No yang sempat menggema di setiap Pemilu menandakan, politik identitas itu memberikan efek negatif.

Baca juga : Dua Pabrik Pelumas PT Pertamina Lubricants Pertahankan PROPER Hijau

“Kalau parpol beraspirasi Islam dan kebangsaan tidak memanfaatkan krisis aspirasi umat Islam, cita-cita parpol Islam ini akan sirna,” katanya.

Imron menilai, poros Islam jika ingin tampil harusnya inilah saat yang tepat, ketika Indonesia masih mengalami krisis akibat pandemi Covid-19. “Kalau mereka belum muncul, dan krisis akan usai, kesempatan kemunculan pemimpin alternatif itu akan tertutup juga,” ujarnya.

Menurut Imron, hingga saat ini, belum ada pemimpin Islam sekaliber Gus Dur yang bisa disebut sebagai pemimpin dari kalangan Islam. Malahan, katanya, tren pemimpin dari yang menyebut kalangan Islam itu seolah menyempit dan berpotensi kepada kelompok identitas.

Baca juga : Ketua KPK: Penangkapan Edhy Prabowo Tidak Berkaitan Dengan Politik

Pendapat berbeda disampaikan Cendekiawan Muslim, Prof Azyumardi Azra. Baginya poros Islam yang ada di Indonesia ini tidak terlalu keras seperti yang dibayangkan. Menurutnya, saat ini hanya ada dua parpol Islam. Yaitu PKS, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Meski begitu, tidak mudah jika PKS dan PPP membangun poros Islam. Misalnya, kalau menggandeng Partai Bulan Bintang (PBB), apakah bisa masuk ke parlemen untuk membantu memberikan tiket di Pilpres 2024.

“PKB itu hanya NU base, PAN juga bukan lagi Muhammadiyah,” katanya. [BSH]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.